Cerita Sex: Fifi Yang Lagi Butuh Duit – Malam itu aku duduk disebuah restoran kecil di sudut utara kota P ini dimana aku sedang berada bersama motorku. Aku sedang mengetik kisah perjalananku ketika HPku berbunyi.
“Halo, Mas Wawan, sudah ditempat?” tanya suara pria diseberang sana.
“Sudah. Kamu segera kesini saja. Aku dimeja no 3.” Jawabku.
Tak seberapa lama, datanglah seorang pemuda keren usia sekitar 25 tahunan mendekati mejaku.
“Mas Wawan? Kenalin, Erwin.” Kata pemuda itu mengulurkan tangannya.
Segera aku berdiri sambil menyambut tangannya.
“kau punya nomornya?” tanyaku, setelah kami berdua duduk dan ia memesan sebotol minuman ringan.
Ia tidak menjawab, namun tersenyum lalu mengeluarkan flashdisk dari saku kemejanya. Segera kubuka, dan di folder “FIFI” aku menemukannya. Sebuah foto wanita cantik berjilbab cekak dengan tubuh montok terbalut kemeja ketat tersenyum padaku.
“ini ceweknya?” tanyaku pada Erwin.
Dia mengangguk-angguk sambil tersenyum nakal.
Erwin adalah kenalan yang kutemui di forum dimana petualang dan hunter sepertiku berkumpul didunia maya. Dia adalah seorang mahasiswa tua sebuah universitas islam di kota Y. Dia mengatakan padaku bahwa dia tahu seorang gadis cantik dan berjilbab mahasiswi kampusnya yang sedang membutuhkan uang untuk membayar kuliahnya.
Dari Erwin aku tahu bahwa gadis ini punya kehidupan yang glamor sehingga sering menggunakan uang kiriman ortunya di kampung untuk bersenang-senang, sehingga akhirnya punya tunggakan uang SPP yang besar.
“Hallo,” katakku membuka pembicaraan di telepon
“Hallo… siapa ini?” terdengar jawaban dengan suara yang lirih merdu di seberang sana.
“Ini Fifi?” tanyaku.
“Benar. ini siapa yah?”
“Mmm… kenalin, ini Wawan…”
“Mmm.. tau nomor saya dari siapa yah?”
“Dari temen Fifi.”
“Denger-denger Fifi butuh uang yah?”
Terdengar suara Fifi berubah bergairah dan bersemangat.
“Iya! Kok tahu? Ni siapa sih?”
“Ini temen… gini fi… aku ada nih, sedikit uang buat kamu pake dulu… tapi aku juga mau minta bantuanmu nih…” kataku memulai menyerang.
“Mmm.. bantuan apa? Boleh deh…” kata gadis cantik itu.
“Aku pingin kenalan sama Fifi… gimana kalo besok sabtu siang kuajak Fifi ke sebuah tempat wisata? mau yah? Lagi butuh temen ngobrol nih…”
Agak lama tidak terdengar jawaban dari Fifi. Aku sempat khawatir, jangan-jangan dia nggak mau dan langsung mutusin hubungan. “Hallo?” kataku ngetes.
“Iya deh… tapi cuman ngobrol kan?” katanya terdengar khawatir.
“Iya…” jawabku sekenanya.
Nanti kalo sudah kena rayuan mautku dia tak akan bisa berkata takut-takut seperti ini, pikirku.
“Ok.. ketemu di depan gerbang kampusmu yah, besok sabtu siang…” kataku menutup telepon.
_____
Sabtu siang pukul 11, matahari bersinar cerah, secerah harapanku akan seorang gadis alim berjilbab yang akan kuperawani. Si Erwin juga tidak minta apa-apa kecuali dia bilang kalau juga ingin ikut menikmati si Fifi. Aku sih tidak Masalah, aku justru semakin bergairah jika menikmati seorang gadis cantik montok berjilbab seperti Fifi bersama beberapa rekan.
Mobil BMW sewaanku berhenti didepan gerbang kampus Fifi, tepat didepannya. Aku keluar mobil, lalu melihat sekeliling. Baru sebentar, aku sudah menemukannya. Gadis cantik itu berjalan mendekat ke mobil. Semakin dekat dan melihatnya langsung, aku baru mengerti kenapa Erwin bilang dia dapat nilai 11 jika harus memberi nilai 1-10.
Tubuh tinggi semampai sekal dengan balutan kemeja batik ketat dengan lengan sambungan hitam ketat. Rok jeans yang ia pakai juga ketat, menampakkan samar kaki yang sekal. Senyum di wajahnya yang putih bersih semakin menawan dengan lesung pipit di pipinya. Jilbab hitam yang ia kenakan dililitkan ke lehernya membuatnya semakin senawan. Segera aku mengulurkan tangan, bersalaman dengan tangannya yang halus. Fifi tersenyum.
“Mas Wawan yah? Kenalin, Fifi.” Katanya.
“Kita mau kemana sih?”
“Jalan-jalan aja…ngobrol-ngobrol. Mau yah. Masih butuh uangnya khan?” tanyaku.
Fifi pun mengangguk.
Akhirnya dia berhasil kuajak Masuk kedalam mobil dan segera kubawa ke villa yang sudah kusiapkan. Selama perjalanan, aku bercakap-cakap dengannya untuk mendalami dirinya dan mengetahui kelemahannya. Setelah beberapa lama bercakap, aku yang sangat pandai dalam merayu dan mendekati cewek akhirnya dapat mengorek bahwa ternyata Fifi sudah pernah merasakan orgasme, namun belum sampai ngeseks.
Selama ini dia cuman dioral oleh mantan pacarnya yang sudah tiga bulan putus. Tentu saja dia menceritakannya dengan malu-malu, dan dengan sedikit paksaan menggunakan ancaman uang yang jadi kartu as ku.
Bahkan dalam perjalanan aku sudah bisa mulai merangsangnya, meremas-remas paha sekalnya dari luar roknya sampai mengelus-elus vaginanya dari luar roknya. Fifi yang berbaju ketat itu hanya bisa menggigit bibir menahan birahi yang menerpanya. Ia tak berani menolak karena takut aku tidak meminjamkan uang yang ia butuhkan. Akhirnya menjelang sampai di villa dia hanya mendesah dan merintih karena kurangsang.
1 jam kemudian sampailah kami di vila yang kusewa, ternyata Erwin belum kelihatan. Tempatnya cukup terpencil dan jauh dari keramaian, hanya hamparan hutan dan padang rumput di sekelilingnya, tidak ada tetangga atau vila lain dalam radius ratusan meter.
Vila tersebut sangat besar dengan 5 kamar tidur dan kolam renang yang besar, bangunan untuk pengurus vila terletak jauh di belakang yang dihubungkan jalan setapak melewati taman. Tentu saja aku sudah memesan agar tidak diganggu.
Kemudian segera kutarik Fifi ke teras depan dimana aku duduk sambil menikmati indahnya pemandangan dan sejuknya hawa pegunungan. Langsung saja dia kutarik duduk di pangkuanku. Tanpa ada perlawanan yang berarti, kupeluk tubuh sekal Fifi dan ku cium pipi mulusnya di kursi teras depan diselingi angin sepoi daerah pegunungan yang dingin.
“Jangan maas..” kata Fifi sedikit berontak.
“Gak apa-apa… nikmati aja… katanya mau pinjem uang…” kataku sambil terus mempererat pelukanku dan terus menciumi pipinya.
Dia hanya diam. Fifi yang bertubuh sekal mulus itu Masih terus berontak, namun seperti hanya agar tidak kehilangan harga dirinya. Aku tahu dari desahan nafasnya yang menderu dan gerakan tubuhnya yang seakan menikmati gesekannya dengan tubuhku, sesungguhnya Fifi terangsang hebat.
Tanpa menunggu lama, tanganku segera menjelajah ke tubuhnya yang menantang, buah dada adalah sasaran pertamaku, Masih terasa kenyal dan padat seperti yang kurasakan beberapa waktu yang lalu. Kuremas dengan penuh nafsu pada kedua bukit di dadanya dari luar kemeja ketatnya secara bergantian, sementara tanganku satunya membuka satu persatu kancing bajunya.
Sekali terbuka langsung kulepaskan baju ketatnya dan melemparkannnya ke lantai teras, dan tampaklah buah dadanya yang putih mulus dengan berbalut bra satin biru tua, sungguh kontras dengan kulitnya yang putih mulus, menambah sexy tubuhnya. Lengan sambungan hitam ketat juga semakin menambah gairahku.
Ciumanku mulai mendarat di pangkal lehernya yang tidak tertutup jilbab, tanganku tidak pernah lepas dari dada Fifi. Fifi yang bertubuh sekal itu hanya menggelinjang dan mendesah ketika lidahku menjelajahi lehernya, terus turun hingga bahu dan berputar di sekitar dada.
Dinginnya udara pegunungan tidak dapat mengusir panasnya birahi kami berdua. Terlarut akan gairah, Fifi menjambak rambutku ketika putingnya kukeluarkan dari bra-nya dan kupermainkan dengan lidahku, sambil tanganku membuka retsleting roknya, dan mulai menyelinap di baliknya, menjelajah di sekitar pangkal pahanya yang Masih tertutup celana dalam halus. Terasa lembab dan basah di antara pahanya.
“Sshh.. agh..!” desahnya di dekat telingaku semakin membuat gairahku memuncak.
Akhirnya dengan sekali sentil di kaitan bra, maka terlepaslah bra dari tempat semestinya. Kini terpampang tepat di wajahku kedua belahan buah dada yang putih montok milik Fifi dengan puting yang kemerahan, sungguh indah dan menantang untuk diremas dan dikulum. Maka segera kudaratkan bibirku di antara kedua bukit itu dan kembali lidahku menjelajahi kulit mulus itu terus mendaki ke puncak bukit.
Kuputar-putar jilatanku di sekitar putingnya sebentar, lalu kukulum putingnya dan kusedot dengan gigitan-gigitan ringan nan nakal. Fifi makin menggelinjang, pantatnya mulai digoyang-goyangkan di pangkuanku, sehingga menekan dan menggesek-gesek kemaluanku yang sudah menegang.
Tangan kiriku sudah Masuk di balik celana dalamnya yang basah. Mulanya satu jari Masuk ke liang vaginanya, kemudian dengan dua jari kukocok vaginanya sambil kusedot kedua putingnya secara bergantian.
“Aaghh.. yess.. yaa.. truss.. sshh..!” desah Fifi yang sudah terpapar birahi itu makin kencang tidak perduli dengan suasana sekitar, bahwa kami Masih di teras villa.
Goyangan pantatnya makin kencang seirama kocokan jariku di vaginanya. Kemudian kutarik dia berdiri, dan dengan sekali hentakan roknya kuperosotkan ke bawah, hingga tinggal celana dalam yang Masih menempel. Kini Fifi yang cantik itu semakin seksi dan menggairahkan, hanya menggunakan jilbab hitam, sambungan lengan hitam dan kaus kaki putih.
Aku yang sudah tidak tahan langsung menekan pundaknya agar jongkok di depanku, lalu tergesa-gesa kulepas kaosku. Kubuka retsleting celanaku dan kukeluarkan alat kebanggaanku dari sarangnya. Fifi memejamkan matanya dan menggeleng-geleng. Aku tahu, Fifi baru sekali ini melihat penis laki-laki secara langsung.
Segera kurayu sambil kutepuk-tepukkan penisku ke wajah dan pipinya yang halus, lalu kugesek-gesekkan ke bibirnya mungilnya. Terasa bibir indahnya bergetar menyentuh ujung kejantananku yang menegang.
Ujung kejantananku sudah basah, pelan-pelan lidah Fifi keluar dan mulai menari-nari di lubangnya. Kuambil satu tangannya lalu kutuntun mengocok batang penisku. Kepala kejantananku sudah berada dalam kuluman mulut manisnya, sementara tangannya kutuntun menjelajah ke bawah ke kantong bolaku. Aku begitu terangsang dan kelojotan kenikmatan dibuatnya.
Kupegang kepalanya dan kugoyangkan pinggulku sehingga aku dapat mengocok mulutnya dengan kejantananku. Meskipun Fifi tidak dapat mengakomodasi semua kejantananku yang 17 cm panjang dan 4 cm diameter, tapi Fifi cukup memberi rangsangan dengan menggoyang-goyangkan kepala saat kukocok mulutnya. Fifi seperti kewalahan menghadapi kocokanku di mulutnya.
Kuangkat tubuhnya, kutarik celana dalamnya ke bawah hingga terlepas lalu kutelentangkan di meja teras tubuh telanjangnya. Baru kali ini aku dapat melihat dengan jelas tubuh telanjang Fifi, begitu putih mulus dan padat berisi. sungguh beruntung aku dapat ikut menikmati tubuh indah dan seksinya.
Aku jongkok di antara pahanya, kucium aroma khas dari vaginanya yang sudah basah, kembali kuMasukkan jariku ke liang vaginanya sambil kujilati klitorisnya yang merah mudah dan dikelilingi rambut halus tipis di sekelilingnya.
Fifi mengerang dan menggerak-gerakkan pinggulnya seakan memaksaku untuk meMasukkan lebih dalam lidahku ke vaginanya. Jilatan lidahku langsung menelusuri bibir vaginanya hingga akhirnya mengganti kocokan jari tangan dengan kocokan dan jilatan lidah di vagina basahnya. Fifi kembali mendesah atau lebih tepatnya teriak histeris dalam gelombang kenikmatan.
Tidak mau ‘menyiksa’-nya lebih lanjut, maka aku berlutut dan mengatur posisiku di antara kakinya yang kurentangkan. Aku tahu, lubang vagina perawan Fifi terlalu sempit untuk ukuran kejantananku.
Dengan perlahan kuusap-usapkan kepala kejantananku di bibir vaginanya. Aku tidak mau terlalu bernafsu untuk segera meMasukkan ke dalam, karena itu akan membuat Fifi kesakitan.
Setelah kurasakan cukup, perlahan kudorong kejantananku Masuk sedikit demi sedikit sambil menikmati expresi di wajah cantik Fifi ketika menerima kejantananku di vaginanya yang sempit. Kulihat dia menggigit bibir bawahnya yang mungil dan tangannya meremas pinggiran meja.
Aku menghentikan sesaat doronganku untuk memberi Fifi kesempatan bernapas, kemudian kulanjutkan untuk membenamkan sisa dari batang kejantananku di vagina Fifi. Terasa ada yang robek, bersamaan dengan jerit kesakitan Fifi.
Aku berhasil memerawani Fifi. Setelah semua Masuk, kudiamkan sejenak untuk membiarkan Fifi terbiasa dengan penisku, juga menikmati expresi wajah Fifi yang berubah memerah karena mulai bisa menikmatinya.
“Sshh.., pelan maass..!” katanya pelan bercampur desahan.
Perlahan kutarik kejantananku keluar dan meMasukkan lagi dengan pelan, semakin lama semakin cepat hingga aku dapat mulai melakukan kocokan-kocokan ke vaginanya.
“aduuh…auww.. maass.. auuhh.. yahh…mmhh.. enaakk.. pelaannh…! jerit sakit Fifi itu pelan-pelan berubah menjadi desah nikmat.
Tangan Fifi sekarang meremas kedua buah dadanya sendiri yang dari tadi bergoyang-goyang mengikuti goyangan atas kocokanku. Dipilinnya sendiri kedua putingnya sambil tetap mendesah dan mengerang dalam kenikmatan birahi. Kunaikkan kedua kakinya ke pundakku, sesekali kujilat dan kukulum jari-jari kakinya sambil mengocok vaginanya, Fifi makin menggelinjang.
“Ougghh.. maass.. aaku..”
Belum sempat Fifi menyelesaikan desahannya, kulihat tubuhnya menegang dan kurasakan denyutan dan remasan dari dinding vaginanya. Kemudian tubuhnya terkulai lemas di atas meja teras, aku Masih belum menyelesaikan hasratku, bahkan belum separuhnya terpenuhi.
“Udah maass, istirahat dulu, aku capek banget, lemes nih..!” katanya memelas padaku.
Tidak kuperdulikan permintaannya, kocokanku makin kutingkatkan frekuensinya. Fifi melotot padaku, tapi jadi tambah cantik dan lebih menggairahkan.
Kemudian kutelungkupkan tubuhnya di atas meja dan kakinya berlutut di lantai, aku Masih ingin menikmati anal sex padanya. Kuusapkan kejantananku yang basah di analnya, tapi Fifi menolak, akhirnya aku mengalah dan membimbing kejantananku ke vaginanya. Maka tanpa menunggu lagi, kusodokkan kejantananku dengan keras ke vaginanya.
“Aauugghh.. yess..!” Fifi menjerit kaget, tapi terus berlanjut dengan kenikmatan.
Kupegangi pantatnya dan kutarik maju mundur seirama dengan kocokanku. Dengan posisi seperti doggie style, penetrasi kejantananku di vaginanya dapat masuk ke dalam dan kurasakan kepala kejantananku menyentuh seperti rahimnya.
Kocokanku semakin lama semakin keras menghantam dinding vaginanya, kuputar-putar pantatku untuk memberikan gairah erotik pada Fifi. Kedua tangan Fifi kupegang dan kutarik ke belakang, kini Fifi bergantung pada tangannya yang kupegangi.
Tidak lama kemudian kepalanya digoyang-goyangkan pertanda dia kembali mengalami orgasme hebat, tapi tetap aku tidak mau menghentikan kocokanku. Aku kembali duduk di kursi, Fifi kutarik ke pangkuanku. Perlahan Fifi menurunkan pantatnya sehingga kejantananku melesak mulus masuk ke vaginanya.
Kini giliran Fifi yang kubiarkan memegang kendali. Fifi mulai menggoyang goyangkan pantatnya, sehingga kejantananku terasa dipelintir di dalam vagina. Kusedot dan kupermainkan puting buah dadanya yang bergoyang-goyang di depan wajahku.
Fifi kembali mengimbangi permainan ini dengan posisi seperti itu dia bebas berkreasi, baik bergoyang maupun turun naik, ganti aku yang dibuat kelojotan olehnya. Dari expresi wajahnya aku yakin dia sudah orgasme untuk kesekian kali dengan posisi seperti ini. Fifi sungguh menikmati posisi seperti ini.
Aku sudah hampir sampai di puncak kenikmatan ketika tiba-tiba kudengar bunyi klakson mobil dari luar pagar, tentu saja mengganggu kenikmatan dan konsentrasi kami berdua.
“Sialan..!” gumamku karena puncak yang sudah hampir terengkuh buyar begitu saja.
_____
Malam itu, aku sedang santai di ruang tengah villa ketika Fifi selesai mandi dan masuk ke ruangan itu. Segera kuhampiri gadis berjilbab itu. Baju yang tadi kembali ia kenakan, kembali membuatku terangsang ingin menelanjanginya.
Tanganku meremas pantatnya, kembali kurasakan kalau Fifi sudah tidak memakai celana dalam di balik rok panjangnya, yang memang tadi sudah kuperintahkan begitu.
Kembali aku mencium Fifi , Erwin yang sudah tak tahan mendatangi Fifi dari belakang, dengan kasar disibakkannya roknya ke atas hingga tampak pantat Fifi yang telanjang.
Erwin mengeluarkan kejantanannya tanpa membuka celana dan bajunya, hanya membuka resluiting celana. Dia mengusap-usapkan kejantanannya di pantat Fifi yang kemudian mencondongkan tubuh dan mengangkat kaki kanannya hingga memudahkan Erwin untuk memasukinya dari belakang dengan tanpa melepas ciumannya dariku.
Fifi sedikit tersentak dan mendongak ke atas pertanda Erwin sudah berhasil membenamkan kejantanannya ke vaginanya. Sambil tetap memeluk tubuhku, Fifi menerima kocokan Erwin dari belakang.
Sementara Erwin memegang pinggulnya untuk lebih menghunjamkan kejantanannya lebih dalam di vagina. Fifi mulai mendesah kenikmatan di telingaku saat menerima kocokan ganas dari Erwin. Sodokan dan hentakan Erwin dapat kurasakan dari pelukan Fifi .
“Yeah.. uugghh.. yess..!” desah Fifi makin keras di telingaku.
Segera kubuka retsleting celanaku, dan kutuntun tangannya untuk mulai mengocok kejantananku yang sudah sangat tegang.
Aku mengimbangi dengan remasan-remasan di dadanya dan ciuman serta jilatan di wajahnya. kocokan tangannya semakin keras sekeras sodokan Erwin padanya. Setelah berhenti sebentar, segera kulepas baju dan roknya, Erwin juga mengikuti melepas baju dan celananya hingga telanjang.
Kini kami semua sudah telanjang bulat, kecuali Fifi yang Mashi memakai jilbab dan kaus kaki yang membuat aku dan Erwins emakin bernafsu. Dan permainan diteruskan, kami main bertiga.
Fifi membungkukkan badannya, kini kepalanya sejajar dengan kejantananku dan siap mengulumnya, ketika Erwin makin mempercepat tempo permainannya.
Kami bergeser ke meja, Fifi telentang di atas meja dan Erwin mengambil posisi di antara kakinya, aku mendekatkan kejantananku ke mulutnya yang segera disambutnya dengan kuluman ganas.
Dengan sekali sodok ke vagina, melesakklah kejantanan Erwin kembali ke vagina Fifi , dan langsung memompa dengan cepat. Tangannya meremas-remas kedua buah dada Fifi sambil memilin putingnya dengan ringan.
“Uugghh.. eemmpphh.. eerrhh..!” desahan Fifi yang tertahan keluar di sela kulumannya.
Ketika aku hampir memuncak, Erwin menarik kejantanannya dan menggeser ke posisiku untuk bertukar tempat, segera kami berganti posisi. Seperti halnya Erwin, dengan sekali sodokan keras kulesakkan kejantananku ke vagina Fifi .
“Aauugg.. saakitt..! Pelaan..!” teriak Fifi sambil melepas kulumannya pada kejantanan Erwin.
Tapi tidak lama kemudian dia sudah dapat menguasai diri dan mengikuti irama kocokanku yang semakin cepat dan keras.
Tidak lama kemudian Erwin menyemprotkan spermanya di mulut Fifi , Fifi yang sudah benar-benar dikuasai birahi terlihat menikmati aroma rasa sperma dan menjilati sisa di kejantanan Erwin hingga bersih.
Tidak lama kemudian kocokanku makin keras dan tidak beraturan, dan menyemprotlah spermaku di vagina Fifi bersamaan dengan dia mengalami orgasme. Aku segera menarik keluar dan menyodorkan ke mulutnya, kembali dia menjilati sisa sperma yang ada di kejantananku hingga bersih.
Akhirnya malam itu aku dan Erwin terus menggilir mahasiswi berjilbab itu sampai pagi. Dia sempat pingsan kelelahan namun kubangunkan dengan menanam penisku dalam-dalam ke vaginanya. Pagi itu kami bertiga kembali ke kota dengan perasaan gembira. Terlihat Fifi sangat kelelahan melayani dua pejantan semalam suntuk.Tamat.
“Sudah. Kamu segera kesini saja. Aku dimeja no 3.” Jawabku.
Tak seberapa lama, datanglah seorang pemuda keren usia sekitar 25 tahunan mendekati mejaku.
“Mas Wawan? Kenalin, Erwin.” Kata pemuda itu mengulurkan tangannya.
Segera aku berdiri sambil menyambut tangannya.
“kau punya nomornya?” tanyaku, setelah kami berdua duduk dan ia memesan sebotol minuman ringan.
Ia tidak menjawab, namun tersenyum lalu mengeluarkan flashdisk dari saku kemejanya. Segera kubuka, dan di folder “FIFI” aku menemukannya. Sebuah foto wanita cantik berjilbab cekak dengan tubuh montok terbalut kemeja ketat tersenyum padaku.
“ini ceweknya?” tanyaku pada Erwin.
Dia mengangguk-angguk sambil tersenyum nakal.
Erwin adalah kenalan yang kutemui di forum dimana petualang dan hunter sepertiku berkumpul didunia maya. Dia adalah seorang mahasiswa tua sebuah universitas islam di kota Y. Dia mengatakan padaku bahwa dia tahu seorang gadis cantik dan berjilbab mahasiswi kampusnya yang sedang membutuhkan uang untuk membayar kuliahnya.
Dari Erwin aku tahu bahwa gadis ini punya kehidupan yang glamor sehingga sering menggunakan uang kiriman ortunya di kampung untuk bersenang-senang, sehingga akhirnya punya tunggakan uang SPP yang besar.
“Hallo,” katakku membuka pembicaraan di telepon
“Hallo… siapa ini?” terdengar jawaban dengan suara yang lirih merdu di seberang sana.
“Ini Fifi?” tanyaku.
“Benar. ini siapa yah?”
“Mmm… kenalin, ini Wawan…”
“Mmm.. tau nomor saya dari siapa yah?”
“Dari temen Fifi.”
“Denger-denger Fifi butuh uang yah?”
Terdengar suara Fifi berubah bergairah dan bersemangat.
“Iya! Kok tahu? Ni siapa sih?”
“Ini temen… gini fi… aku ada nih, sedikit uang buat kamu pake dulu… tapi aku juga mau minta bantuanmu nih…” kataku memulai menyerang.
“Mmm.. bantuan apa? Boleh deh…” kata gadis cantik itu.
“Aku pingin kenalan sama Fifi… gimana kalo besok sabtu siang kuajak Fifi ke sebuah tempat wisata? mau yah? Lagi butuh temen ngobrol nih…”
Agak lama tidak terdengar jawaban dari Fifi. Aku sempat khawatir, jangan-jangan dia nggak mau dan langsung mutusin hubungan. “Hallo?” kataku ngetes.
“Iya deh… tapi cuman ngobrol kan?” katanya terdengar khawatir.
“Iya…” jawabku sekenanya.
Nanti kalo sudah kena rayuan mautku dia tak akan bisa berkata takut-takut seperti ini, pikirku.
“Ok.. ketemu di depan gerbang kampusmu yah, besok sabtu siang…” kataku menutup telepon.
_____
Sabtu siang pukul 11, matahari bersinar cerah, secerah harapanku akan seorang gadis alim berjilbab yang akan kuperawani. Si Erwin juga tidak minta apa-apa kecuali dia bilang kalau juga ingin ikut menikmati si Fifi. Aku sih tidak Masalah, aku justru semakin bergairah jika menikmati seorang gadis cantik montok berjilbab seperti Fifi bersama beberapa rekan.
Mobil BMW sewaanku berhenti didepan gerbang kampus Fifi, tepat didepannya. Aku keluar mobil, lalu melihat sekeliling. Baru sebentar, aku sudah menemukannya. Gadis cantik itu berjalan mendekat ke mobil. Semakin dekat dan melihatnya langsung, aku baru mengerti kenapa Erwin bilang dia dapat nilai 11 jika harus memberi nilai 1-10.
Tubuh tinggi semampai sekal dengan balutan kemeja batik ketat dengan lengan sambungan hitam ketat. Rok jeans yang ia pakai juga ketat, menampakkan samar kaki yang sekal. Senyum di wajahnya yang putih bersih semakin menawan dengan lesung pipit di pipinya. Jilbab hitam yang ia kenakan dililitkan ke lehernya membuatnya semakin senawan. Segera aku mengulurkan tangan, bersalaman dengan tangannya yang halus. Fifi tersenyum.
“Mas Wawan yah? Kenalin, Fifi.” Katanya.
“Kita mau kemana sih?”
“Jalan-jalan aja…ngobrol-ngobrol. Mau yah. Masih butuh uangnya khan?” tanyaku.
Fifi pun mengangguk.
Akhirnya dia berhasil kuajak Masuk kedalam mobil dan segera kubawa ke villa yang sudah kusiapkan. Selama perjalanan, aku bercakap-cakap dengannya untuk mendalami dirinya dan mengetahui kelemahannya. Setelah beberapa lama bercakap, aku yang sangat pandai dalam merayu dan mendekati cewek akhirnya dapat mengorek bahwa ternyata Fifi sudah pernah merasakan orgasme, namun belum sampai ngeseks.
Selama ini dia cuman dioral oleh mantan pacarnya yang sudah tiga bulan putus. Tentu saja dia menceritakannya dengan malu-malu, dan dengan sedikit paksaan menggunakan ancaman uang yang jadi kartu as ku.
Bahkan dalam perjalanan aku sudah bisa mulai merangsangnya, meremas-remas paha sekalnya dari luar roknya sampai mengelus-elus vaginanya dari luar roknya. Fifi yang berbaju ketat itu hanya bisa menggigit bibir menahan birahi yang menerpanya. Ia tak berani menolak karena takut aku tidak meminjamkan uang yang ia butuhkan. Akhirnya menjelang sampai di villa dia hanya mendesah dan merintih karena kurangsang.
1 jam kemudian sampailah kami di vila yang kusewa, ternyata Erwin belum kelihatan. Tempatnya cukup terpencil dan jauh dari keramaian, hanya hamparan hutan dan padang rumput di sekelilingnya, tidak ada tetangga atau vila lain dalam radius ratusan meter.
Vila tersebut sangat besar dengan 5 kamar tidur dan kolam renang yang besar, bangunan untuk pengurus vila terletak jauh di belakang yang dihubungkan jalan setapak melewati taman. Tentu saja aku sudah memesan agar tidak diganggu.
Kemudian segera kutarik Fifi ke teras depan dimana aku duduk sambil menikmati indahnya pemandangan dan sejuknya hawa pegunungan. Langsung saja dia kutarik duduk di pangkuanku. Tanpa ada perlawanan yang berarti, kupeluk tubuh sekal Fifi dan ku cium pipi mulusnya di kursi teras depan diselingi angin sepoi daerah pegunungan yang dingin.
“Jangan maas..” kata Fifi sedikit berontak.
“Gak apa-apa… nikmati aja… katanya mau pinjem uang…” kataku sambil terus mempererat pelukanku dan terus menciumi pipinya.
Dia hanya diam. Fifi yang bertubuh sekal mulus itu Masih terus berontak, namun seperti hanya agar tidak kehilangan harga dirinya. Aku tahu dari desahan nafasnya yang menderu dan gerakan tubuhnya yang seakan menikmati gesekannya dengan tubuhku, sesungguhnya Fifi terangsang hebat.
Tanpa menunggu lama, tanganku segera menjelajah ke tubuhnya yang menantang, buah dada adalah sasaran pertamaku, Masih terasa kenyal dan padat seperti yang kurasakan beberapa waktu yang lalu. Kuremas dengan penuh nafsu pada kedua bukit di dadanya dari luar kemeja ketatnya secara bergantian, sementara tanganku satunya membuka satu persatu kancing bajunya.
Sekali terbuka langsung kulepaskan baju ketatnya dan melemparkannnya ke lantai teras, dan tampaklah buah dadanya yang putih mulus dengan berbalut bra satin biru tua, sungguh kontras dengan kulitnya yang putih mulus, menambah sexy tubuhnya. Lengan sambungan hitam ketat juga semakin menambah gairahku.
Ciumanku mulai mendarat di pangkal lehernya yang tidak tertutup jilbab, tanganku tidak pernah lepas dari dada Fifi. Fifi yang bertubuh sekal itu hanya menggelinjang dan mendesah ketika lidahku menjelajahi lehernya, terus turun hingga bahu dan berputar di sekitar dada.
Dinginnya udara pegunungan tidak dapat mengusir panasnya birahi kami berdua. Terlarut akan gairah, Fifi menjambak rambutku ketika putingnya kukeluarkan dari bra-nya dan kupermainkan dengan lidahku, sambil tanganku membuka retsleting roknya, dan mulai menyelinap di baliknya, menjelajah di sekitar pangkal pahanya yang Masih tertutup celana dalam halus. Terasa lembab dan basah di antara pahanya.
“Sshh.. agh..!” desahnya di dekat telingaku semakin membuat gairahku memuncak.
Akhirnya dengan sekali sentil di kaitan bra, maka terlepaslah bra dari tempat semestinya. Kini terpampang tepat di wajahku kedua belahan buah dada yang putih montok milik Fifi dengan puting yang kemerahan, sungguh indah dan menantang untuk diremas dan dikulum. Maka segera kudaratkan bibirku di antara kedua bukit itu dan kembali lidahku menjelajahi kulit mulus itu terus mendaki ke puncak bukit.
Kuputar-putar jilatanku di sekitar putingnya sebentar, lalu kukulum putingnya dan kusedot dengan gigitan-gigitan ringan nan nakal. Fifi makin menggelinjang, pantatnya mulai digoyang-goyangkan di pangkuanku, sehingga menekan dan menggesek-gesek kemaluanku yang sudah menegang.
Tangan kiriku sudah Masuk di balik celana dalamnya yang basah. Mulanya satu jari Masuk ke liang vaginanya, kemudian dengan dua jari kukocok vaginanya sambil kusedot kedua putingnya secara bergantian.
“Aaghh.. yess.. yaa.. truss.. sshh..!” desah Fifi yang sudah terpapar birahi itu makin kencang tidak perduli dengan suasana sekitar, bahwa kami Masih di teras villa.
Goyangan pantatnya makin kencang seirama kocokan jariku di vaginanya. Kemudian kutarik dia berdiri, dan dengan sekali hentakan roknya kuperosotkan ke bawah, hingga tinggal celana dalam yang Masih menempel. Kini Fifi yang cantik itu semakin seksi dan menggairahkan, hanya menggunakan jilbab hitam, sambungan lengan hitam dan kaus kaki putih.
Aku yang sudah tidak tahan langsung menekan pundaknya agar jongkok di depanku, lalu tergesa-gesa kulepas kaosku. Kubuka retsleting celanaku dan kukeluarkan alat kebanggaanku dari sarangnya. Fifi memejamkan matanya dan menggeleng-geleng. Aku tahu, Fifi baru sekali ini melihat penis laki-laki secara langsung.
Segera kurayu sambil kutepuk-tepukkan penisku ke wajah dan pipinya yang halus, lalu kugesek-gesekkan ke bibirnya mungilnya. Terasa bibir indahnya bergetar menyentuh ujung kejantananku yang menegang.
Ujung kejantananku sudah basah, pelan-pelan lidah Fifi keluar dan mulai menari-nari di lubangnya. Kuambil satu tangannya lalu kutuntun mengocok batang penisku. Kepala kejantananku sudah berada dalam kuluman mulut manisnya, sementara tangannya kutuntun menjelajah ke bawah ke kantong bolaku. Aku begitu terangsang dan kelojotan kenikmatan dibuatnya.
Kupegang kepalanya dan kugoyangkan pinggulku sehingga aku dapat mengocok mulutnya dengan kejantananku. Meskipun Fifi tidak dapat mengakomodasi semua kejantananku yang 17 cm panjang dan 4 cm diameter, tapi Fifi cukup memberi rangsangan dengan menggoyang-goyangkan kepala saat kukocok mulutnya. Fifi seperti kewalahan menghadapi kocokanku di mulutnya.
Kuangkat tubuhnya, kutarik celana dalamnya ke bawah hingga terlepas lalu kutelentangkan di meja teras tubuh telanjangnya. Baru kali ini aku dapat melihat dengan jelas tubuh telanjang Fifi, begitu putih mulus dan padat berisi. sungguh beruntung aku dapat ikut menikmati tubuh indah dan seksinya.
Aku jongkok di antara pahanya, kucium aroma khas dari vaginanya yang sudah basah, kembali kuMasukkan jariku ke liang vaginanya sambil kujilati klitorisnya yang merah mudah dan dikelilingi rambut halus tipis di sekelilingnya.
Fifi mengerang dan menggerak-gerakkan pinggulnya seakan memaksaku untuk meMasukkan lebih dalam lidahku ke vaginanya. Jilatan lidahku langsung menelusuri bibir vaginanya hingga akhirnya mengganti kocokan jari tangan dengan kocokan dan jilatan lidah di vagina basahnya. Fifi kembali mendesah atau lebih tepatnya teriak histeris dalam gelombang kenikmatan.
Tidak mau ‘menyiksa’-nya lebih lanjut, maka aku berlutut dan mengatur posisiku di antara kakinya yang kurentangkan. Aku tahu, lubang vagina perawan Fifi terlalu sempit untuk ukuran kejantananku.
Dengan perlahan kuusap-usapkan kepala kejantananku di bibir vaginanya. Aku tidak mau terlalu bernafsu untuk segera meMasukkan ke dalam, karena itu akan membuat Fifi kesakitan.
Setelah kurasakan cukup, perlahan kudorong kejantananku Masuk sedikit demi sedikit sambil menikmati expresi di wajah cantik Fifi ketika menerima kejantananku di vaginanya yang sempit. Kulihat dia menggigit bibir bawahnya yang mungil dan tangannya meremas pinggiran meja.
Aku menghentikan sesaat doronganku untuk memberi Fifi kesempatan bernapas, kemudian kulanjutkan untuk membenamkan sisa dari batang kejantananku di vagina Fifi. Terasa ada yang robek, bersamaan dengan jerit kesakitan Fifi.
Aku berhasil memerawani Fifi. Setelah semua Masuk, kudiamkan sejenak untuk membiarkan Fifi terbiasa dengan penisku, juga menikmati expresi wajah Fifi yang berubah memerah karena mulai bisa menikmatinya.
“Sshh.., pelan maass..!” katanya pelan bercampur desahan.
Perlahan kutarik kejantananku keluar dan meMasukkan lagi dengan pelan, semakin lama semakin cepat hingga aku dapat mulai melakukan kocokan-kocokan ke vaginanya.
“aduuh…auww.. maass.. auuhh.. yahh…mmhh.. enaakk.. pelaannh…! jerit sakit Fifi itu pelan-pelan berubah menjadi desah nikmat.
Tangan Fifi sekarang meremas kedua buah dadanya sendiri yang dari tadi bergoyang-goyang mengikuti goyangan atas kocokanku. Dipilinnya sendiri kedua putingnya sambil tetap mendesah dan mengerang dalam kenikmatan birahi. Kunaikkan kedua kakinya ke pundakku, sesekali kujilat dan kukulum jari-jari kakinya sambil mengocok vaginanya, Fifi makin menggelinjang.
“Ougghh.. maass.. aaku..”
Belum sempat Fifi menyelesaikan desahannya, kulihat tubuhnya menegang dan kurasakan denyutan dan remasan dari dinding vaginanya. Kemudian tubuhnya terkulai lemas di atas meja teras, aku Masih belum menyelesaikan hasratku, bahkan belum separuhnya terpenuhi.
“Udah maass, istirahat dulu, aku capek banget, lemes nih..!” katanya memelas padaku.
Tidak kuperdulikan permintaannya, kocokanku makin kutingkatkan frekuensinya. Fifi melotot padaku, tapi jadi tambah cantik dan lebih menggairahkan.
Kemudian kutelungkupkan tubuhnya di atas meja dan kakinya berlutut di lantai, aku Masih ingin menikmati anal sex padanya. Kuusapkan kejantananku yang basah di analnya, tapi Fifi menolak, akhirnya aku mengalah dan membimbing kejantananku ke vaginanya. Maka tanpa menunggu lagi, kusodokkan kejantananku dengan keras ke vaginanya.
“Aauugghh.. yess..!” Fifi menjerit kaget, tapi terus berlanjut dengan kenikmatan.
Kupegangi pantatnya dan kutarik maju mundur seirama dengan kocokanku. Dengan posisi seperti doggie style, penetrasi kejantananku di vaginanya dapat masuk ke dalam dan kurasakan kepala kejantananku menyentuh seperti rahimnya.
Kocokanku semakin lama semakin keras menghantam dinding vaginanya, kuputar-putar pantatku untuk memberikan gairah erotik pada Fifi. Kedua tangan Fifi kupegang dan kutarik ke belakang, kini Fifi bergantung pada tangannya yang kupegangi.
Tidak lama kemudian kepalanya digoyang-goyangkan pertanda dia kembali mengalami orgasme hebat, tapi tetap aku tidak mau menghentikan kocokanku. Aku kembali duduk di kursi, Fifi kutarik ke pangkuanku. Perlahan Fifi menurunkan pantatnya sehingga kejantananku melesak mulus masuk ke vaginanya.
Kini giliran Fifi yang kubiarkan memegang kendali. Fifi mulai menggoyang goyangkan pantatnya, sehingga kejantananku terasa dipelintir di dalam vagina. Kusedot dan kupermainkan puting buah dadanya yang bergoyang-goyang di depan wajahku.
Fifi kembali mengimbangi permainan ini dengan posisi seperti itu dia bebas berkreasi, baik bergoyang maupun turun naik, ganti aku yang dibuat kelojotan olehnya. Dari expresi wajahnya aku yakin dia sudah orgasme untuk kesekian kali dengan posisi seperti ini. Fifi sungguh menikmati posisi seperti ini.
Aku sudah hampir sampai di puncak kenikmatan ketika tiba-tiba kudengar bunyi klakson mobil dari luar pagar, tentu saja mengganggu kenikmatan dan konsentrasi kami berdua.
“Sialan..!” gumamku karena puncak yang sudah hampir terengkuh buyar begitu saja.
_____
Malam itu, aku sedang santai di ruang tengah villa ketika Fifi selesai mandi dan masuk ke ruangan itu. Segera kuhampiri gadis berjilbab itu. Baju yang tadi kembali ia kenakan, kembali membuatku terangsang ingin menelanjanginya.
Tanganku meremas pantatnya, kembali kurasakan kalau Fifi sudah tidak memakai celana dalam di balik rok panjangnya, yang memang tadi sudah kuperintahkan begitu.
Kembali aku mencium Fifi , Erwin yang sudah tak tahan mendatangi Fifi dari belakang, dengan kasar disibakkannya roknya ke atas hingga tampak pantat Fifi yang telanjang.
Erwin mengeluarkan kejantanannya tanpa membuka celana dan bajunya, hanya membuka resluiting celana. Dia mengusap-usapkan kejantanannya di pantat Fifi yang kemudian mencondongkan tubuh dan mengangkat kaki kanannya hingga memudahkan Erwin untuk memasukinya dari belakang dengan tanpa melepas ciumannya dariku.
Fifi sedikit tersentak dan mendongak ke atas pertanda Erwin sudah berhasil membenamkan kejantanannya ke vaginanya. Sambil tetap memeluk tubuhku, Fifi menerima kocokan Erwin dari belakang.
Sementara Erwin memegang pinggulnya untuk lebih menghunjamkan kejantanannya lebih dalam di vagina. Fifi mulai mendesah kenikmatan di telingaku saat menerima kocokan ganas dari Erwin. Sodokan dan hentakan Erwin dapat kurasakan dari pelukan Fifi .
“Yeah.. uugghh.. yess..!” desah Fifi makin keras di telingaku.
Segera kubuka retsleting celanaku, dan kutuntun tangannya untuk mulai mengocok kejantananku yang sudah sangat tegang.
Aku mengimbangi dengan remasan-remasan di dadanya dan ciuman serta jilatan di wajahnya. kocokan tangannya semakin keras sekeras sodokan Erwin padanya. Setelah berhenti sebentar, segera kulepas baju dan roknya, Erwin juga mengikuti melepas baju dan celananya hingga telanjang.
Kini kami semua sudah telanjang bulat, kecuali Fifi yang Mashi memakai jilbab dan kaus kaki yang membuat aku dan Erwins emakin bernafsu. Dan permainan diteruskan, kami main bertiga.
Fifi membungkukkan badannya, kini kepalanya sejajar dengan kejantananku dan siap mengulumnya, ketika Erwin makin mempercepat tempo permainannya.
Kami bergeser ke meja, Fifi telentang di atas meja dan Erwin mengambil posisi di antara kakinya, aku mendekatkan kejantananku ke mulutnya yang segera disambutnya dengan kuluman ganas.
Dengan sekali sodok ke vagina, melesakklah kejantanan Erwin kembali ke vagina Fifi , dan langsung memompa dengan cepat. Tangannya meremas-remas kedua buah dada Fifi sambil memilin putingnya dengan ringan.
“Uugghh.. eemmpphh.. eerrhh..!” desahan Fifi yang tertahan keluar di sela kulumannya.
Ketika aku hampir memuncak, Erwin menarik kejantanannya dan menggeser ke posisiku untuk bertukar tempat, segera kami berganti posisi. Seperti halnya Erwin, dengan sekali sodokan keras kulesakkan kejantananku ke vagina Fifi .
“Aauugg.. saakitt..! Pelaan..!” teriak Fifi sambil melepas kulumannya pada kejantanan Erwin.
Tapi tidak lama kemudian dia sudah dapat menguasai diri dan mengikuti irama kocokanku yang semakin cepat dan keras.
Tidak lama kemudian Erwin menyemprotkan spermanya di mulut Fifi , Fifi yang sudah benar-benar dikuasai birahi terlihat menikmati aroma rasa sperma dan menjilati sisa di kejantanan Erwin hingga bersih.
Tidak lama kemudian kocokanku makin keras dan tidak beraturan, dan menyemprotlah spermaku di vagina Fifi bersamaan dengan dia mengalami orgasme. Aku segera menarik keluar dan menyodorkan ke mulutnya, kembali dia menjilati sisa sperma yang ada di kejantananku hingga bersih.
Akhirnya malam itu aku dan Erwin terus menggilir mahasiswi berjilbab itu sampai pagi. Dia sempat pingsan kelelahan namun kubangunkan dengan menanam penisku dalam-dalam ke vaginanya. Pagi itu kami bertiga kembali ke kota dengan perasaan gembira. Terlihat Fifi sangat kelelahan melayani dua pejantan semalam suntuk.Tamat.