Hajar Jahanam Hajar Jahanam Hajar Jahanam

Manfaat Perkosaan

Saya merupakan karyawan swasta yang bergerak di bidang hiburan, kata tepatnya internet gaming centre di kawasan elite perumahan Kelapa Gading. Nama saya Alex, usia saya bulan depan 24 tahun dengan tinggi badan 175 cm. Postur badan saya standar sama seperti laki-laki Indonesia, mungkin karena saya suka kebugaran yang biasa saya lakukan kalo ada waktu senggang sehingga otot-otot di tubuh saya terlihat menonjol meskipun tidak sebesar Ade Ray, tapi cukuplah membuat seorang wanita untuk memperhatikannya ditambah lagi wajah saya yang terbilang lumayan mengoda wanita-wanita.

Pemilik usaha ini adalah seorang wanita yang kira-kira berusia 29 tahun dan belum menikah, namanya Sonia. Kriterianya tinggi badan 168 cm, ukuran buah dada 32A cukup mengiurkan untuk setiap laki-laki normal yang meliriknya. Struktur tubuh yang sangat mengairahkan dengan perpaduan bongkahan pantatnya yang sangat menantang, mungkin karena Bu Sonia rajin ikut senam aerobik yang membuat lekuk tubuhnya sungguh bagus dipandang mata.

Kepadatan buah dadanya yang membusung dan bongkahan pantatnya yang bulat sempurna terkadang membius laki-laki yang menatap caranya berjalan. Rambutnya yang lurus turun sebahu dengan rambut halus yang menjalar di lehernya yang jenjang, bibir sensualnya yang selalu dibalut lipstik pink membuat imajinasi setiap laki-laki ingin merasakan penis mereka dihisap oleh bibir manis milik Bu Sonia.

Saya berkerja sama Bu Sonia sebagai orang yang menyediakan laporan keuangan tentang perkembangan usahanya ini. Hampir setiap hari saya selalu pulang terakhir dan Bu Sonia selalu menunggu saya hingga ia dapat hasil dari usahanya perhari. Kekesalan saya terhadap Bu Sonia adalah karena dia orangnya terlalu kikir terhadap karyawannya, tidak memperdulikan kesejahteraan hidup karyawannya, dan masih banyak hal yang ia lakukan terhadap karyawan-karyawan yang lain.

Memang sudah lama saya menunggu satu kesempatan yang selama ini telah saya rencanain, tapi selalu saja gagal karena setiap ingin saya jalankan rencana ini selalu saja ada gangguan dari kakaknya yang telah berkeluarga.

Hingga suatu hari tepatnya hari Senin malam setelah sekitar jam 12 malam, waktu itu saya dan Bu Sonia sedang berada di ruangan kerja saya dan sedang menyelesaikan tugas saya. Sampai akhirnya terlintas pikiran jahat saya ingin berbuat sesuatu terhadap Bu Sonia atas segala kelakuannya dan atas kesombongannya yang beranggapan bahwa segalanya dapat dibeli dengan sejumlah uang yang ia miliki.
Malam ini Bu Sonia memakai baju kemeja putih yang terbuat dari bahan yang lumayan tipis hingga terlihat dengan jelas dua katup penyangga susunya yang berukuran 32A, sedangkan bawahannya Bu Sonia mengenakan celana putih ketat. Pokoknya penampilan Bu Sonia sungguh mengiurkan dengan tonjolan susunya yang menyembul menantang serta bongkahan pantatnya yang padat memperlihatkan setiap lekukan-lekukan yang terlihat setiap Bu Sonia berjalan. Kesempurnahan tubuhnya ia dapatkan karena Bu Sonia adalah salah satu membership di salah satu pusat kebugaran yang berada kawasan Kuningan, Jakarta.
”Lex… tumben kenapa sih kamu lama banget sih selesaiin pembukuan harian kamu ini… Gak becus banget sih kerjanya… huu…” omel Bu Sonia dengan nada yang tinggi tepat di hadapan meja kerjaku.
”Sabar dong Bu… saya juga mau buru-buru selesai… tapi inikan masalah keuangan tidak bisa cepat-cepat mengerjakannya…” jawabku sambil menatap matanya dan berkata dalam hati bahwa nanti sebentar lagi dia gak bakal bisa berlagak sombong dihadapanku, malah mungkin dia yang akan menjadi budak nafsuku dan menuruti segala apa yang aku perintahkan.
”Kamu kok memandang saya dengan tatapan seperti itu Lex, seperti orang yang hendak memperkosa saya saja…” kata Bu Sonia dengan nada yang masih meninggi dengan memperlihatkan kekuasaaannya sebagai seorang owner.
”Trus memangnya kenapa Bu Sonia… kalaupun saya memperkosa anda sekarang!!! Saya rasa tak akan ada satu orangpun mengetahui bahwa Bu Sonia dan saya masih berada disini” jawabku dengan nada yang meninggi pula sambil menghampiri Bu Sonia yang mulai melangkah mundur karena merasa dirinya mulai terancam atas perkataan yang aku lontarkan.
”Alex… kamu jangan coba macam-macam yah sama saya. Saya akan berteriak, kalau kamu coba-coba berbuat sesuatu sama saya” kata Bu Sonia sambil melangkah mundur hingga tubuhnya menabrak tembok yang tepat dibelakangnya.
”Silakan, kalau Bu Sonia hendak berteriak, apa Bu Sonia lupa sekarang kita berada dimana, mungkinkah orang-orang akan mendengar suara teriakan Bu Sonia” kataku sambil berjalan mendekatinya.
”Semua yang Bu Sonia lakukan hanyalah membuang-buang tenaga Bu Sonia saja, lebih baik nikmati apa yang akan Bu Sonia terima dari saya, hahahahaha….” sambungku sambil tertawa merasa suspectku ketakutan.

Saat itu aku bersama Bu Sonia berada di lantai 3 ruko tempat usahanya. Bagaimana kerasnya teriakan Bu Sonia tetap saja orang yang berada di luar takkan dapat mendengarnya, karena selain aku dan Bu Sonia ada di lantai 3, juga ruko ini di bangun dengan fasilitas kedap suara.

Aku bisa liat dari mata Bu Sonia yang semakin lama semakin ketakutan. Ketakutan yang semakin menjalar di dalam sekujur tubuhnya, tatapan mata yang seakan memohon sebuah pengampunan, langkah kaki yang mulai tertatih karena ketakutan yang dirasakan oleh wanita cantik itu.

”Lex… tolong kamu pikir-pikir kembali segala tindakan yang akan kamu perbuat. Saya tidak akan melaporkan ke polisi bila kamu mau melepaskan saya, dan saya akan memberikan uang berapapun yang kamu minta” kata Bu Sonia yang masih saja tetap menyombong, karena ia mengira segalanya dapat ia beli dengan uang yang ia miliki.
”Hahahahaha… apakah Bu Sonia pikir saya akan mempercayai segala apa yang ibu katakan, setelah apa yang saya liat tentang kelakuan ibu terhadap orang-orang kecil yang rendahkann” jawabku sambil mengeluarkan sebilah belati yang udah aku siapkan sedari tadi.

Aku berjalan menghampiri Bu Sonia dan kemudian menempelkan belati tersebut pada lehernya dan mengancam akan berbuat hal yang nekad terhadapnya.

”Ibu Sonia sebaiknya menuruti apa yang saya minta… bila Bu Sonia tidak berkerjasama atau tidak menuruti apa keinginan saya, maka jangan salahkan saya bila saya berbuat nekad bahkan melebihi apa yang terlintas di benak Bu Sonia…”ancamku agar Bu Sonia menuruti segala keinginanku.
”Memangnya kamu mau apa… dan apa yang kamu inginkan dari saya…” tanya Bu Sonia dengan nada yang tinggi seakan-akan dia merasa bahwa dia masih bisa mengendalikan aku.
”Hai… kamu jangan merasa sok berkuasa sekarang di depanku…” bentakku yang gak mau kalah suara dengan Bu Sonia, karena aku tahu sekarang dia sedang ketakutan setelah aku melontarkan ancaman demi ancaman.
”Sekarang… kamu mau tidak menuruti kemauanku” tanyaku sekali lagi dengan nada yang membesar dari yang sebelumnya.
”Ookkee… saya ikutin apapun yang kamu perintahin Lex, asalkan saya di bebaskan…” akhirnya Bu Sonia memelankan nada suaranya, setelah merasa tindakan yang ia ambil akan mengakibatkan hal yang lebih fatal terhadap dirinya.
”Sekarang… kalau Bu Sonia sudah menyadari atas posisi Bu Sonia… baguslah dan saya juga tidak akan bertindak secara kasar terhadap ibu… asalkan Bu Sonia pun mau menjadi budak nafsu saya malam ini” sahutku sambil menghampiri posisi Bu Sonia yang berdiri mematung dihadapanku dan mengelilinginya.
”Apaaa… kamu bilang… jangan bermimpi saya mau tidur dengan kamu… apalagi menjadi budak nafsu kamu malam ini…” katanya dengan nada yang tinggi lagi.
”Heeyyy…. gak usah kamu sok galak lagi dihadapanku, simpan tenaga kamu baik-baik, kalau kamu tidak mau aku jamin kamu tidak bakal bisa lihat matahari terbit besok, mau kamu… sekarang aku tanya sekali lagi dan aku gak bakal tanya untuk kedua kalinya” bentakku tepat dihadapan muka Bu Sonia, sehingga bisa kulihat sekujur tubuhnya gemetaran karena seumur hidup belum pernah dirinya di maki-maki sama orang lain.

Namun Bu Sonia tidak menjawab pertanyaan yang aku lontarkan kepadanya melainkan hanya mengangguk pelan yang menandakan bahwa ia menyetujui segala yang aku ingini.

”Sekarang kamu buka baju kamu satu persatu hingga sisain BH dan celana dalam kamu saja” kataku mulai memberi perintah.
”Buka sekarang” bentakku saat dia hanya diam mematung saja dihadapanku.

Satu demi satu perlahan-lahan Bu Sonia mulai melepaskan baju dan celana yang dia pakai. Dengan liang air mata Bu Sonia masih mengharap belas kasih dariku, tapi semua itu sudah percuma sekarang di otakku cuman ingin ngentotin memek Bu Sonia yang membuatku penasaran walaupun masih terbungkus rapat dibalik celana dalam berendanya yang berwarna putih. Gumpalan memeknya begitu mengoda hingga terasa kontolku sudah mengeras dan melejit dari celah pinggir celana dalamku. Tanpa ingin membuang waktu lebih lama lagi, kubuka celana panjang dan kemeja kerjaku dan hanya tinggal celana dalam yang belum aku buka.

”Sekarang kamu merangkak kesini…” perintahku pada atasanku yang cantik itu.
”Saya mohon Lex… ampuni segala kesalahan yang pernah saya lakuin… saya mohon…. saya akan berikan berapapun uang yang kamu inginkan… asal kamu mau lepasin saya…” iba Bu Sonia di hadapanku sambil menangis memohon.
Tanpa menjawab segala pertanyaannya, aku melayangkan tangan sebelah tangan kananku dan mendarat di pipi kirinya dan..

”Plaak…”

Pipi yang putih mulus tanpa cacat itu memerah dalam sekejap.

”Sekali lagi kamu… membanggakan soal kekayaan yang kamu miliki maka aku gak segan-segan menamparmu atau bahkan memukulmu, cepat lakukan apa yang tadi aku minta dan jangan sampai pipi sebelah kananmu juga merasakan tamparan tanganku, cepat….” ancamku dengan nada tinggi.

Perlahan-lahan Bu Sonia mulai berjalan merangkak dihadapanku, dan menatap ke arahku untuk menunggu sebuah perintah selanjutnya. Layaknya seekor anjing yang menunggu perintah dari majikannya.

”Buka celana dalamku, pakai mulutmu jangan pakai tangan tahu” perintahku setelah muka Bu Sonia tepat berada di depan celana dalamku.

Tangan kiriku kini mendarat di pipi kanannya saat dia membuka celana dalamku memakai tangannya.

”Plaak…”

”Gobloook… kamu tuli yah, aku bilang buka pakai mulut kamu, bukannya pakai tangan kamu… tolol…” maki-makiku terhadapnya sambil kulepaskan pengait BH berenda berwarna putih yang dikenakannya dan kemudian kulepaskan dari tubuh wanita yang sangat putih mulus itu. Kupakai BH itu untuk mengikat kedua tangannya ke belakang layaknya seorang tahanan perang.

Akhirnya Bu Sonia tidak berani lagi membantah segala yang aku perintahkan dan melakukan segala yang aku suruhkan kepadanya. Dengan bibirnya yang mungil dan tipis ia berusaha menurunkan celana dalamku. Ketika celana dalam itu ditariknya dengan mulutnya ke bawah, tepat di depan mukanya kontolku yang sudah keras itu keluar dengan paksa dan menampar tepat di keningnya.

”Masukkan kontol ini ke dalam mulut kamu dan kamu sepong kontol ini, aku yakin kamu nanti juga menikmati kontol laki-laki, karena kamu adalah perawan tua” perintahku sambil memegang kepalanya dengan tangan kiriku dan tangan sebelah kananku menutup lubang hidungnya karena Bu Sonia berusaha merapatkan mulutnya.

Ketika tiba-tiba Bu Sonia membuka mulutnya karena tidak kuat menahan nafas, langsung dengan cepat kusodokkan kontol itu ke dalam mulut mungilnya hingga kurasakan kepala kontolku mentok di tenggorokannya.

”Aaarkh…” suara Bu Sonia saat kusodokkan kontol itu ke dalam mulutnya yang mungil.
”Sekarang emut kontol ini kalo tidak kamu tahu sendiri akibatnya” ancamku ke Bu Sonia.
”Baaiikk… saya akan menuruti segala keinginnan kamu… asal jangan kamu ambil keperawanan saya. Kamu boleh pakai mulut saya untuk memuaskan nafsu kamu…” pinta Bu Sonia memohon untuk tidak merusak ’segel’ perawannya.
”Oke aku tidak bakal ngentotin memek kamu yang perawan, asalkan kamu mau puasin aku hingga aku benar-benar puas sama kamu” seruku menyetujui permintaan wanita itu.

Karena kulihat Bu Sonia mau melakukan oral sex dengan memakai mulutnya, maka aku bukakan ikatan tali BHnya pada kedua tangannya, lalu dengan sigap dia menggenggam batang kontolku dan mulai mengocok-ngocok pelan kontol itu kemudian tak berapa lama mulai dijilati lalu dihisap-hisapnya. Terkadang terasa ngilu di atas kepala kontolku kalau lubang kencingnya dihisap oleh Bu Sonia.

Gerakan Bu Sonia semakin lama semakin mahir dalam menyetubuhi kontolku dengan mulutnya. Mulut wanita itu yang terbilang mungil tampak terisi penuh oleh kontolku yang lumayan besar serta berurat di batangannya. kontol itu terkadang diselipin di sela gusi sebelah kanan lalu berganti tempat, demikian seterusnya.

Cukup lama adegan terlarang ini aku lakukan dengan Bu Sonia yang telah mulai terlihat bernafsu, deru nafasnya semakin tidak beraturan kala tanganku meremas susunya yang kencang dan kuyakin belum pernah terjamah oleh laki-laki manapun di dunia ini. Pentil-pentilnya terasa begitu mengeras dan tampak berwarna merah jambu. Merasa dalam posisi ini aku hanya fakum tak banyak bergerak, maka kemudian kusuruh Bu Sonia untuk merubah posisi menggantinya dengan gaya 69 yang paling aku gemarin. Tanpa banyak membantah Bu Sonia langsung merubah posisinya yang tadi dan sekarang mengangkangi mukaku. Namun tanpa diperintahkan kini Bu Sonia kembali memasukkan kontolku ke dalam mulutnya melanjutkan ‘PR’nya yang belum selesai tadi. Sekarang aku bisa menatap dengan jelas daging cembung yang membelah namun masih tertutup rapat oleh celana dalam yang dikenakannya, lalu mulai kujilati memek itu meski masih dari luar celana dalamnya.

Tercium olehku bau yang sangat khas sekali dan sangat merangsang begitu hidungku mendekati celana dalam wanita itu. Setelah beberapa saat menciumi, menjilati, dan menggelitiki memek perawan itu dari luar celana dalamnya, aku perlahan mulai menurunkan dan akhirnya menarik lepas penutup ‘gua’ terlarang wanita itu. Tampak olehku cairan lendir bening tertarik memanjang menempel pada celana dalam Bu Sonia ketika kutarik turun. Kujulurkan lidahku memotong cairan memanjang itu dan kurasakan rasa asin pada lidahku yang enak sekali. Wanita itu tampak sudah sangat terangsang oleh permainan yang baru pertama kali ini dilakukan sepanjang hidupnya itu.

Kini dengan sangat jelasnya tampak olehku ‘gua’ terlarang wanita itu yang dirambati oleh ‘tanaman rambat’ berwarna hitam pekat dan tumbuh dengan sangat suburnya menutupi lubang ‘gua’ yang masih perawan dan belum pernah dimasuki oleh siapapun itu. Perlahan dengan kedua tanganku mulai kubuka celah sempit itu setelah sebelumnya kusibakkan terlebih dahulu bulu-bulu jembutnya yang panjang-panjang dan sangat lebat itu. Kujilati dengan penuh nafsu yang menggebu sampai akhirnya lidahku menyentuh ke itilnya. Sementara itu Bu Sonia tampak begitu menikmati kontolku yang terus keluar masuk mulutnya. Jilatan demi jilatan terus kulancarkan ke memeknya hingga beberapa saat kemudian Bu Sonia mulai mendesah mengeluarkan suara yang tertahan karena malu, karena sekarang ia dalam keadaan diperkosa yang walaupun akhirnya ia tak dapat pungkiri kenikmatan birahi yang ia dapatkan dari karyawannya sendiri.

Akhirnya desahan yang bersamaan dengan hawa nafsunya itu pun tak tertahankan lagi, desahannya kini tanpa malu malu lagi ia keluarkan.

Setiap sudut memeknya kujilat tanpa satu sisipun yang tertinggal. Memek Bu Sonia sekarang benar-benar sudah banjir karena lendir kawinnya mengalir tiada hentinya dari liang kemaluannya. Kedua kakinya pun ia buka selebar mungkin agar dapat kujilati seluruh isi memeknya yang tadi ia pertahankan tak ingin disentuh oleh laki-laki lain kecuali suaminya kelak nanti.

Kenyataannya sekarang adalah berbeda, sekarang nafsu birahi disekujur tubuhnya memaksanya menikmati pemerkosaan ini, meskipun di dalam batinnya menolak namun nafsunya lebih besar hingga ia pun kini kalah dengan nafsunya sendiri.

Kulihat Bu Sonia sudah dikuasai penuh oleh hawa nafsunya dan kini dia juga sudah tidak bisa mengontrol dirinya sendiri. Setelah aku merasa bahwa wanita dihadapanku ini sudah siap untuk disetubuhi lalu kuminta Bu Sonia untuk merubah kembali posisi 69 menjadi posisi normal dimana Bu Sonia tidur telentang dengan posisi kedua pahanya membuka lebar.

Perlahan kuarahkan kontolku ke arah selangkangannya. Wanita itu sadar akan situasi yang tidak ia inginkan, Bu Sonia menahanku dengan kedua belah kakinya. Namun akhirnya dapat kukuasai dan malahan mempermudahku untuk menyerang selangkangannya hingga terbuka lebar tanpa dapat terlindungi lagi dari hujaman kepala kontol yang botak itu yang mulai menerobos masuk. Meskipun susah namun berkat cairan kawinnya yang membuat licin memeknya membantu kontolku untuk menyibak belahan memek perawannya yang tadi tertutup rapat.

”Jangan Lex… tadi kamu sudah janji tidak akan melakukannya terhadap keperawanan saya ini… tolong Lex… saya mohon belas kasihan darimu…” katanya memelas.
”Saya tahu… tapi saya merasa iba terhadap Bu Sonia yang sungguh-sungguh mendambahkan sentuhan langsung laki-laki… sekarang saya ingin membagi kenikmatan kontol saya buat Bu Sonia” kataku santai.
”Aaaarrkkhh…. Lex… jjjaaanganan sssaaakiiitt….” erang Bu Sonia pada saat kontolku mulai masuk ke dalam memeknya.

Namun aku tidak langsung dengan cepat menarik kembali karena Bu Sonia baru pertama kali, maka aku diamkan sebentar di dalam agar kontolku juga bisa merasakan pijitan-pijitan kecil yang terjadi di dalam liang keperawanan Bu Sonia.

Selama 3 menitan aku diamkan kontolku di dalam memeknya sambil kujilati lehernya yang putih jenjang, wangi parfumnya yang sudah bercampur dengan keringatnya membuatku makin terangsang dan membuatku semakin bergairah menjilati lehernya. Tak puas menciumi dan menjilati lehernya, kuangkat kedua tangannya ke atas lalu dengan sangat bernafsunya kuciumi dan kujilati ketiaknya yang mulus dengan bulu-bulu ketiaknya yang sudah dicukur bersih itu. Kurasakan oleh hidungku aroma ketiak wanita dewasa yang sangat khas dan itu semakin mempertinggi nafsuku. Meskipun dari sisi matanya berlinang air mata karena kehilangan mahkotanya, namun Bu Sonia akhirnya dapat menahannya dan mulai merasa suatu sensasi kenikmatan yang belum pernah ia dapatkan sebelumnya.

”Gimana Bu… masih sakit memeknya…” kataku yang sedari tadi mengeluarkan kata-kata jorok yang kuyakini terkadang dapat memancing birahi Bu Sonia.
”Ssssstt… sssstt…” bukanlah jawaban yang kudengar namun desahan nikmat yang dikeluarkan oleh Bu Sonia.

Tanpa mau membuat Bu Sonia menunggu lama-lama lalu aku tarik perlahan kontolku dan kemudian kudorong kembali ke dalam memeknya, demikian berulang ulang hingga menimbulkan suara-suara khas dimana cairan kewanitaan bertemu dengan cairan laki-laki. Setiap kali kudorong kembali kontolku ke dalam memeknya, maka desahan Bu Sonia pun semakin kencang bersamaan dengan genggaman tangannya yang memegang pantatku, seperti hendak membantu menekan lebih kencang lagi.

”Gimana Bu Sonia… enakkan kontol saya ini… jawab…” tanyaku sambil semakin gencar menyerang lubang kawinnya dengan kontolku hingga susunya bergerak-gerak seakan kegirangan seiringan dengan sodokan kontolku.
”Ehhhmmmm… nnnaak… ennnakk…” jawabnya bersamaan dengan desahan nikmatnya.
”Sekarang bilang kalau Bu Sonia suka banget dientot sama kontol saya…” kataku.
”Aaaahh… please… please… fuck me more… setubuhi saya lebih keras Lex… saya ssukka banget kontol kamu oooohh…” racaunya keenakan.

Karena tak tahan merasakan kenikmatan persetubuhan yang dialaminya, tanpa sadar Bu Sonia mengucek-ucek itilnya sendiri dengan nafsu yang sangat menggebu.

”Wwwwwwuuuuhhhh….. itiiiiilkkuuuu… Aleeeex itilkuu….ooohh Alexxx akuuuu tak taaaaahhaaaaan akkkkuuuu mauuuuuu keluaaaarrr….” jeritnya keras.

Hingga akhirnya kudapati sekujur tubuh Bu Sonia mulai mengejang dan kedua lengan tangannya memeluk erat pada leherku.

”Oooooooohhhhh… Aleeeeeeeeexx… akkkuuuuuuu keluaaaaarrrrr…” rintih keras Bu Sonia menggema di ruangan ketika mencapai orgasme pertamanya dalam hidupnya dengan sangat hebatnya.

Tubuhnya mengejang kedua kakinya terbujur kaku dan sesaat memejamkan matanya dan mulut mungilnya yang dihiasi lipstik merah muda itu terbuka sedikit. Terasa begitu nikmat sekali kontolku tersembur cairan kawin wanita yang masih perawan, hangatnya cairan tersebut membuatku mempercepat tempo persenggamaan ini tanpa memperdulikan tubuh Bu Sonia yang mulai kehilangan tenaga setelah dilanda kenikmatan seks yang ia terima barusan.

Denyutan kecil mulai terasa di kelenjar kantung kelaminku dan aku buru buru mencabut kontolku dari dalam memek Bu Sonia, namun tiba tiba ada tangan yang menahan pantat gue dan memaksa kontolku tetap di dalam. Ternyata Bu Sonia yang menahan dan menekan kontolku ke dalam memeknya kembali. Dan..

”Croooot… crooot….”

Hingga tetesan terakhir tak tersisa kumuncratkan pejuku dengan derasnya di dalam memeknya, lalu aku merebahkan badanku tepat di samping tubuh Bu Sonia sambil tetap susunya.

Seperti manusia yang sudah kemasukan setan Bu Sonia kembali bangkit dan meraih batang kontolku, kembali berusaha membangkitkan kembali libidoku yang baru saja padam. Di kocok-kocoknya batang kontol berulang-ulang, dijilatinya kepala kontolku yang masih terasa ngilu. Dari kepala kontol hingga anusku dijilati oleh Bu Sonia dengan penuh birahi sehingga peju yang tersisa bersih dia telan.

Kembali lagi kontol dikulum dan sekarang mungkin lebih gencar dari sebelumnya. Aku hanya tidur telentang sambil mengumpulkan tenagaku dulu, kupegang kepalanya dengan kedua tanganku dan kutekan kontolku hingga terasa masuk ke dalam tenggorokannya, namun wanita itu malah menikmatinya meski terkadang Bu Sonia merasa kesusahan bernafas.

Hampir 10 menit Bu Sonia menggarap kontolku dengan sangat buas. Layaknya binatang yang dikurung bertahun-tahun dan melahap apapun demi memuaskan rasa laparnya yang terbenam selama ini.

”Aaaaahhh… saya mau keluar Bu… oooohh…..” erangku hingga mungkin sama dengan teriakan.

Namun Bu Sonia bukan memperlambat kemutannya tapi mempercepatkan gerakkannya sambil menghisap lubang kencingku. Pejuku keluar dan memuncrat tepat di dalam mulutnya. Sungguh-sungguh Bu Sonia menikmati sensasi seks ini meskipun kejadiaan ini bukan keinginannya namun sesungguhnya telah lama Bu Sonia mendambakan kenikmatan seks dengan laki-laki dan bukan hanya berimajinasi saja.

Aku kembali merebahkan tubuhku setelah tenagaku terkuras kembali. Sayup-sayup kudengar suara shower kamar mandi menyala, mungkin Bu Sonia ingin menyegarkan badannya dulu setelah pertempuran yang sangat dahsyat ini. Lalu aku mencoba tidur sebentar untuk memejamkan mataku.

Sekitar 30 menit kemudian aku merasa perutku lapar dan aku mencoba memakai baju dan turun ke lantai dasar menuju dapur ruko tempat kerjaku. Ketika sampai di dapur, kuliat Bu Sonia dengan masih bertelanjang bulat membuatkan makanan buatku. Kemudian nafsuku kembali membara lagi setelah melihat sosok wanita yang bertubuh sintal berisi tanpa sehelai benangpun berdiri dihadapanku. Langsung kembali kusetubuhi Bu Sonia di dalam dapur, tidak perduli tempat langsung kembali kugaruk memeknya.

Sekarang hubunganku dan Bu Sonia bukanlah antara boss dan karyawan namun sekarang aku menjalin hubungan dengan dia. Segala kebutuhan ditanggung oleh Bu Sonia semua termasuk dalam hal seks. Kapan saja kalau aku mau Bu Sonia selalu tidak pernah menolak untuk kusetubuhi, malah terkadang disaat aku lagi sibuk menghitung pendapatan perhari, Bu Sonia tanpa menanyakan kepadaku dia langsung mengambil posisi jongkok di bawah meja kerjaku dan mulai melakukan aktivitasnya menyetubuhi kontolku hingga keluar.




Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Manfaat Perkosaan