Cerita ini merupakan hal yang pernah aku alami bersama bos bar ku yang pernah aku pacarin dan menjadi seorang yang aku sayang. Sebenarnya cerita sex ini tidak mau aku bagikan karena aku sangat sakit hati sekali dengan bosku jadi aku langsung mau menceritakan dech buat kalian semuanya. Semoga ini menjadi sebuah pengalaman baru anda dalam bekerja di suatu tempat jangan sampai seperti saya ini. Sebut aja namaku Alex, aku tinggal di kota kuno yang banyak seniman dan budayawannya. Umurku 35 tahun, punya istri dan dua anak. Aku buka usaha dibidang advertising. Kantorku memang sering kedatangan customer para seniman yang minta dibuatkan leaflet, poster, buku pameran dan sebagainya. Dan biasanya semua customer dilayani sama sekretarisku, kecuali kawan atau customer setia, pasti aku langsung yang turun tangan.
Di kantor, ruangan kerjaku di bagian depan, jadi bisa tahu siapa saja tamu yang datang. Ruang sekretaris dan ruang kreatif ada di samping ruang kerjaku. Siang itu, jumat, ada tamu cewek, dia ingin dibuatkan buku panduan untuk pementasan tari. Stafku langsung melayani dia dengan standar keakraban perusahaan advertising. Lama banget mereka diskusi, aku denger-denger si customer lagi kebingungan dengan konsep bukunya. Karena mungkin stafku dianggap kurang mampu, dia minta langsung ketemu sama aku. Terus staf aku masuk ke ruanganku, dan beri tahu ada customer yang pengen ketemu. Ya udah aku keluar ke ruang tamu dan temuin dia.
Kita kenalan, namanya Yuli, dia penari dan lagi mau garap pementasan tari di Jakarta. Tubuhnya mungil, tingginya sekitar 160 cm, sintal, wajah natural, putih, dadanya montok, bibirnya tipis sexy. Dia udah nikah dan punya anak satu, suaminya juga seniman yang waktu itu dapat beasiswa kuliah di amrik. Kemudian ane dan Yuli terlibat obrolan yang akrab. Dan obrolan beralih dari soal buku panduan ke masalah pribadi. Dia banyak cerita kehidupannya sebagai seniman tradisional, kuliah suaminya yang nggak selesai-selesai padahal limit yang diberikan kampus tempat suaminya mengajar sudah hampir habis. Pas dia mau pamit pulang, dia minta no hp aku, ya udah aku kasih. Aku juga minta no hp yuli.
Malam jam 10, ada sms masuk ke hpku. Ternyata Yuli, dia bilang boleh menelepon aku ngga. Standar di kantor, kalo ada customer mau kontak, maka kita yang harus menelponnya, dan waktu itu aku lagi ngga ada gawean, langsung aja aku telepon dia. Di telepon dia bilang setuju sama konsep yang aku tawarkan, terus besok siang mau ke kantor, dan dia pesan ga mau kalo ditangani ama stafku, maunya langsung ama bos. Aku bilang kalo sabtu kantor tutup. Tapi dia maksa besok mau ke kantor. Karena dia maksa, ya udah aku setujuin aja. Customer adalah raja, apapun kemauannya kita ikutin.
Besok siangnya sesuai janji aku ke kantor, di kantor cuma ada OB, tapi dia sudah ada janji mau tengok saudaranya yang sakit, pulang malam katanya, jadi kunci aku suruh tinggal. Ga berapa lama Yuli datang, dengan baju warna putih tulang yang serasi ama kulitnya, dan kancing bagian atasnya terlepas, jadi bisa keliatan tuh bagian bawah lehernya yang putih. Ia pake rok jeans ketat, jadi aku bisa tau pantatnya yang montok, maklum penari.
Karena mau bahas masalah kerjaan ane suruh dia masuk ke ruang kerjaku. Pintu depan udah aku kunci. Kita duduk di sofa bersebelahan, sampai bisa aku cium bau parfumnya yang buat aku ga bisa konsen. Dia serahin foto-foto yang perlu diekspose, sambil kasih penjelasan dikit-dikit. Setelah semua penjelasan selesai, obrolan beralih ke masalah pribadi. Aku tanya sudah berapa lama suaminya di amrik, dia bilang sudah dua tahun, tapi tahun lalu suaminya sempat pulang 1 bulan.
“Jadi udah satu tahun dong ngga pernah disentuh ama suami?” tanyaku pengin tahu.
“Begitulah,” jawab Yuli pendek.
“Aku heran, padahal baru kemarin kita ketemu, tapi kok kesannya udah akrab banget seperti kawan lama ya?” tanya dia.
“Itu karena mbak Yuli pandai mencairkan suasana,” jawabku memujinya.
“Apa setiap customer kamu perlakukan seperti aku?” selidik Yuli.
Aku jawab, kalo aku jarang nemuin customer secara langsung, biasanya mereka ditemui sekretaris. Kalopun customer lama atau kawan, biasanya mereka juga tidak datang ke kantor hari sabtu. “jadi mbak Yuli ini customer spesial,” kataku.
Dia tampak senang dengan jawabanku. Terus dia cerita sehabis ketemu aku kemarin, dia seperti menemukan seseorang yang terpercaya buat curhat. Sejak semalam ia kebayang-bayang aku. “Padahal mas Alex ini secara fisik bukan cowok yang ideal, tubuh kurus, wajah sih biasa aja, tapi kenapa kok aku ga bisa melupakan mas Alex. Apa aku kamu sihir?” tanyanya bercanda.
“He he he iya, aku emang penyihir. Karena aku kemarin kagum banget sama mbak Yuli, cantik, putih, bahenol, penari, entah kenapa kok aku juga sejak kemarin mikirin mbak Yuli terus.” Kataku.
“Ah gombal,” katanya.
Terus aku tanya bagaimana dengan suaminya. Dia agak sungkan menjawabnya. Tapi akhirnya dia cerita juga. Dia menikan sama mas Anton karena terpaksa, bukan karena cinta. Sampai di malam pernikahan mereka, Yuli merasa sangat tersiksa ketika keperawannya direnggut oleh suaminya. “Saya tidak merasakan kenikmatan, justru saya sangat sakit, perih, tersiksa dan terhina. Setelah suami orgasme, dia langsung tertidur, membiarkan saya tersiksa sendirian.”
Yuli juga mengaku sampai sekarang dia belum pernah merasakan nikmatnya bercinta sama suami, meskipun mereka sudah dikaruniai satu orang anak. Dia mengaku melakukan hubungan suami istri hanya sekedar menjalankan kewajiban.
Karena penasaran dengan ceritanya aku tanya, “Emang mbak Yuli, sebagai perempuan apa tidak pengen merasakan kenikmatan sex?”Aku tanya begitu, ternyata reaksinya luar biasa, dia menatap wajahku, matanya berbinar-binar, dan terus dia megang tanganku. Waduh, mimpi apa aku semalam? Refleks aku sambut tangan dia, aku belai lembut, terus dia deketin wajahnya ke aku. Oughh bau parfum dan bibirnya yang basah buat aku ga tahan, langsung aja kusambut bibir itu, kucium lembut bibirnya, aku sapu bibirnya dengan ujung lidahku. Yuli makin memajukan badannya sampai mepet ke badanku. Terus refleks kita berdiri masih dengan ciuman. Lidahku masuk ke mulut dia dan disedot lembut, terus ganti lidah dia yang masuk ke mulutku.
Aku memang sering terobsesi bercinta dengan penari. Apalagi aku tipe cowok yang tidak suka bercinta terburu-buru, aku lebih suka bercinta dengan kelembutan dan gerakan yang erotis. Pikiranku langsung bekerja, sekarang waktunya mewujudkan impianku.
Tangan kami sudah tidak lagi berpegangan, sedang bibir kami masih lengket berpagutan. Tanganku mulai mengelus rambutnya, terus turun ke leher, membelai punggungnya, dan akhirnya mendarat di pantatnya yang bahenol. Aku belai pelan-pelan, sambil sesekali meremas-remas dua bongkahan pantatnya.
Tangan Yuli juga ga mau kalah, dia pegang kepalaku, jambak pelan-pelan rambutku, terus menggerayangi pantatku. Tubuhku sih biasa ajah, kurus, tapi konti ku lumayan gedhe. Gerakan tangan dia makin liar, dia mulai melepas bajuku, terus melepas resleting celanaku sampai melorot dan meninggalkan celana dalam dengan konti yang tegang.
Aku langsung berreaksi, kulepas kancing baju dia satu persatu, dan kulepas bajunya, lalu kulepas rok jeansnya, dan tali ikatan branya, lalu kulepas pula celana dalamnya. Dia sudah telanjang bulat. Aku betul-betul takjub melihat bentuk tubuhnya, bokongnya montok banget membuat aku jadi gemes, toketnya gedhe 34b dan kenceng, pentilnya udah mengeras, dan bulu-bulu jembutnya tertata rapi. Dia melepas celana dalamku dan terkuaklah batang kemaluanku yang sudah ngaceng penuh. Kita masih tetap ciuman dengan lembut dan berirama. Hanya tangan kita yang semakin liar bergerilya. Dia pegang lembut kontiku, oughhhh enak banget. sedang tanganku menari di atas bongkahan pantat dan dua bukit kembarnya.
Setelah itu aku putar tubuh Yuli, posisinya sekarang dia membelakangiku, kuselipkan konti yang sudah tegang itu ke belahan pantatnya, bibirku menjelajahi inci demi inci belakang telinganya terus turun ke leher, dan tanganku memilin pentilnya. Yuli cuma bisa mendesah, dia berusaha menoleh ke aarahku, mau menciumku, tapi sengaja tak kuberikan. Dia cuma bisa mendesah keenakan, “oughhhhh shhhhhhhhhtt”
Bibirku terus menjelajah, sampai ke punggung, kucium dan jilat itu punggung. Tanganku yang satu meremas-remas toketnya, sedang yang satunya lagi berpindah ke selangkangannya. Jariku mengelus-elus lembut mekinya yang sudah mulai basah. Kugesek-gesek memeknya pelan-pelan, aku tidak ingin memasukkan jariku ke mekinya, karena biasanya perempuan ga suka jari tangan masuk ke mekinya. Terus aku mainin clitnya dengan jari-jariku.
Mendapat perlakuan seperti itu, Yuli cuma bisa mendesah dan menggerak-gerakkan pinggulnya, yang otomatis membuat konti anak kegesek-gesek bongkahan pantatnya yang sudah basah oleh keringat. Desahan Yuli semakin keras, “uuuuughhhhh sayyyyy terusiiiiiinnnnn shhhhhhhttttt.”
Dan gerakannya betul-betul erotis, seperti penari sedang menari di atas panggung. Dan aku ikutin gerakannya itu. Dan rupanya Yuli sadar kalau aku ingin dia menari telanjang sambil tubuh kita tetap menyatu rapat. Tubuhnya semakin ia rapatkan ke tubuhku, dan dia mulai melakukan gerakan tari, tarian erotis yang semakin mengundang birahi. Semakin cepat gerak tariannya, semakin cepat pula jari-jariku menggesek meki dan memijat-mijat clitnya. Yuli semakin liar menari, dan desahannya semakin sering terdengar, “ughhhhhsssshhhh, oughhhhhh puasin aku say…iyyyyaaaa terussssssshhhh” racaunya.
Sepuluh menit kita menari birahi, dan bibirku tetap menciumi punggung atau lehernya, kontiku merasakan nikmat berada di bongkahan pantatnya yang basah, tanganku yang satu berpindah-pindah dari satu toket ke toket yang lain, dan tangan yang satu membelai mekinya. Sedang tangan Yuli dilingkarkan ke belakang, di punggungku.
Gerakan Yuli tambah liar, sampai konti ane sering lepas dari bongkahan pantatnya. Dari mulutnya terus meracau dan mendesis… shhhhhhhhsss akhhhhhhhhh. Ouuuugggghhhhh…… yaaaaaaassssshhhhhh….. Dan tiba-tiba aja dia mengangkat pahanya tinggi-tinggi kakinya ditekuk dan telapak kakinya tepat di dengkulku. Tubuhnya condong ke depan, badannya mengejang….
“Sayyyyy aku ga tahaaaaannnn, aku moooooo keluarrrrrrrrrrr, akhhhhhssssshhhhhh terussssss” belum selesai dia bicara tubuhnya tiba-tiba mengejang, dan tanganku merasakan leleran cairan kenikmatan dari vaginanya…….. “ougggggghh Goddddd enakkkk bangetsssss” rupanya dia sudah 0 pertama.
Abis itu dia lemas, dengan tetap membelakangiku, kupeluk tubuhnya, kedua tanganku memegang toketnya. “Kamu pintar banget muasin perempuan sayang……” katanya. Setelah itu aku dudukkan dia di sofa kembali. Kepalanya disandarkan ke bahu ane. “Kamu hebat, aku nggak pernah merasakan bercinta dengan lembut dan berirama seperti ini,” pujinya.
Kami bicara-bicara sebentar, tanganku yang satu tetap memegang toketnya, sedang yang lain membelai pahanya yang putih mulus. Tangan Yuli membelai lembut kontiku…. “Kontol kamu gede banget sayang, memekku belom pernah dimasukin kontol segede punya mu…” katanya.
“Mau coba dimasukin?” tanyaku… Yuli ga menjawab, cuma kocokan tangannya di kontiku semakin cepat.
Terus dia bangun dan mendekatkan wajahnya ke wajahku, bibirnya mencium lembut bibirku, terus turun ke bawah, menjilati pentilku yang kecil. Mendapat serangan mendadak gitu aku cuma bisa merem-melek keenakan. Bibir Yuli terus menyusur ke bawah, ke perut, dan terus sampai ke konti. Dia ciumi lembut kontiku, ia jilat-jilat lobang konti, dan jilatannya turun ke batang, pelan dan lembut sekali. Ane dibuat kelenjotan. Kemudian mulutnya mainin buah pelerku dan tangannya mengocok lembut kontolku. Buah pelerku dimasukin ke mulut, disedot, dikeluarkan secara bergantian. Terus mulutnya naik ke atas, menjilat-jilat kepala konti, terus konti ku dimasukin ke mulutnya pelan-pelan… dan tangannya meremas-remas buah pelerku. Aku cuma bisa mendesis shhhhhh akhhhhhhhh.
Tanganku mulai lagi memainkan toketnya. Yuli semakin bernafsu kulum kontiku waktu teteknya aku pijat-pijat. Kontol ku seperti kena strum, tapi strum enakkkk. Karena sudah ga tahan, kubimbing dia untuk bangkit, terus aku dudukin di sofa. Pahanya aku buka lebar-lebar, dan tampaklah mekinya yang kemerahan dan basah. Aku jilati mekinya dari ujung bawah, terus naik sampai clitorisnya, aku isep-isep, Yuli cuma bisa mendesah dan menggelinjang. Mekinya makin basah, bercampur dengan air liurku…
“akhhhhsssshh sayyyyyanggggg aku ga kuattttt, masukin sayyyyaaaangggg, puasin akuuuuu” pintanya.
Aku sendiri udah ga nahan liat mekinya dan denger desahannya. Langsung aja aku berdiri dan arahkan kontolku ke mekinya. Aku gosok-gosokin kepala konti ke clitnya beberapa kali, terus baru aku masukin pelan-pelan…. gileee sempit banget meki dia.
Di kantor, ruangan kerjaku di bagian depan, jadi bisa tahu siapa saja tamu yang datang. Ruang sekretaris dan ruang kreatif ada di samping ruang kerjaku. Siang itu, jumat, ada tamu cewek, dia ingin dibuatkan buku panduan untuk pementasan tari. Stafku langsung melayani dia dengan standar keakraban perusahaan advertising. Lama banget mereka diskusi, aku denger-denger si customer lagi kebingungan dengan konsep bukunya. Karena mungkin stafku dianggap kurang mampu, dia minta langsung ketemu sama aku. Terus staf aku masuk ke ruanganku, dan beri tahu ada customer yang pengen ketemu. Ya udah aku keluar ke ruang tamu dan temuin dia.
Kita kenalan, namanya Yuli, dia penari dan lagi mau garap pementasan tari di Jakarta. Tubuhnya mungil, tingginya sekitar 160 cm, sintal, wajah natural, putih, dadanya montok, bibirnya tipis sexy. Dia udah nikah dan punya anak satu, suaminya juga seniman yang waktu itu dapat beasiswa kuliah di amrik. Kemudian ane dan Yuli terlibat obrolan yang akrab. Dan obrolan beralih dari soal buku panduan ke masalah pribadi. Dia banyak cerita kehidupannya sebagai seniman tradisional, kuliah suaminya yang nggak selesai-selesai padahal limit yang diberikan kampus tempat suaminya mengajar sudah hampir habis. Pas dia mau pamit pulang, dia minta no hp aku, ya udah aku kasih. Aku juga minta no hp yuli.
Malam jam 10, ada sms masuk ke hpku. Ternyata Yuli, dia bilang boleh menelepon aku ngga. Standar di kantor, kalo ada customer mau kontak, maka kita yang harus menelponnya, dan waktu itu aku lagi ngga ada gawean, langsung aja aku telepon dia. Di telepon dia bilang setuju sama konsep yang aku tawarkan, terus besok siang mau ke kantor, dan dia pesan ga mau kalo ditangani ama stafku, maunya langsung ama bos. Aku bilang kalo sabtu kantor tutup. Tapi dia maksa besok mau ke kantor. Karena dia maksa, ya udah aku setujuin aja. Customer adalah raja, apapun kemauannya kita ikutin.
Besok siangnya sesuai janji aku ke kantor, di kantor cuma ada OB, tapi dia sudah ada janji mau tengok saudaranya yang sakit, pulang malam katanya, jadi kunci aku suruh tinggal. Ga berapa lama Yuli datang, dengan baju warna putih tulang yang serasi ama kulitnya, dan kancing bagian atasnya terlepas, jadi bisa keliatan tuh bagian bawah lehernya yang putih. Ia pake rok jeans ketat, jadi aku bisa tau pantatnya yang montok, maklum penari.
Karena mau bahas masalah kerjaan ane suruh dia masuk ke ruang kerjaku. Pintu depan udah aku kunci. Kita duduk di sofa bersebelahan, sampai bisa aku cium bau parfumnya yang buat aku ga bisa konsen. Dia serahin foto-foto yang perlu diekspose, sambil kasih penjelasan dikit-dikit. Setelah semua penjelasan selesai, obrolan beralih ke masalah pribadi. Aku tanya sudah berapa lama suaminya di amrik, dia bilang sudah dua tahun, tapi tahun lalu suaminya sempat pulang 1 bulan.
“Jadi udah satu tahun dong ngga pernah disentuh ama suami?” tanyaku pengin tahu.
“Begitulah,” jawab Yuli pendek.
“Aku heran, padahal baru kemarin kita ketemu, tapi kok kesannya udah akrab banget seperti kawan lama ya?” tanya dia.
“Itu karena mbak Yuli pandai mencairkan suasana,” jawabku memujinya.
“Apa setiap customer kamu perlakukan seperti aku?” selidik Yuli.
Aku jawab, kalo aku jarang nemuin customer secara langsung, biasanya mereka ditemui sekretaris. Kalopun customer lama atau kawan, biasanya mereka juga tidak datang ke kantor hari sabtu. “jadi mbak Yuli ini customer spesial,” kataku.
Dia tampak senang dengan jawabanku. Terus dia cerita sehabis ketemu aku kemarin, dia seperti menemukan seseorang yang terpercaya buat curhat. Sejak semalam ia kebayang-bayang aku. “Padahal mas Alex ini secara fisik bukan cowok yang ideal, tubuh kurus, wajah sih biasa aja, tapi kenapa kok aku ga bisa melupakan mas Alex. Apa aku kamu sihir?” tanyanya bercanda.
“He he he iya, aku emang penyihir. Karena aku kemarin kagum banget sama mbak Yuli, cantik, putih, bahenol, penari, entah kenapa kok aku juga sejak kemarin mikirin mbak Yuli terus.” Kataku.
“Ah gombal,” katanya.
Terus aku tanya bagaimana dengan suaminya. Dia agak sungkan menjawabnya. Tapi akhirnya dia cerita juga. Dia menikan sama mas Anton karena terpaksa, bukan karena cinta. Sampai di malam pernikahan mereka, Yuli merasa sangat tersiksa ketika keperawannya direnggut oleh suaminya. “Saya tidak merasakan kenikmatan, justru saya sangat sakit, perih, tersiksa dan terhina. Setelah suami orgasme, dia langsung tertidur, membiarkan saya tersiksa sendirian.”
Yuli juga mengaku sampai sekarang dia belum pernah merasakan nikmatnya bercinta sama suami, meskipun mereka sudah dikaruniai satu orang anak. Dia mengaku melakukan hubungan suami istri hanya sekedar menjalankan kewajiban.
Karena penasaran dengan ceritanya aku tanya, “Emang mbak Yuli, sebagai perempuan apa tidak pengen merasakan kenikmatan sex?”Aku tanya begitu, ternyata reaksinya luar biasa, dia menatap wajahku, matanya berbinar-binar, dan terus dia megang tanganku. Waduh, mimpi apa aku semalam? Refleks aku sambut tangan dia, aku belai lembut, terus dia deketin wajahnya ke aku. Oughh bau parfum dan bibirnya yang basah buat aku ga tahan, langsung aja kusambut bibir itu, kucium lembut bibirnya, aku sapu bibirnya dengan ujung lidahku. Yuli makin memajukan badannya sampai mepet ke badanku. Terus refleks kita berdiri masih dengan ciuman. Lidahku masuk ke mulut dia dan disedot lembut, terus ganti lidah dia yang masuk ke mulutku.
Aku memang sering terobsesi bercinta dengan penari. Apalagi aku tipe cowok yang tidak suka bercinta terburu-buru, aku lebih suka bercinta dengan kelembutan dan gerakan yang erotis. Pikiranku langsung bekerja, sekarang waktunya mewujudkan impianku.
Tangan kami sudah tidak lagi berpegangan, sedang bibir kami masih lengket berpagutan. Tanganku mulai mengelus rambutnya, terus turun ke leher, membelai punggungnya, dan akhirnya mendarat di pantatnya yang bahenol. Aku belai pelan-pelan, sambil sesekali meremas-remas dua bongkahan pantatnya.
Tangan Yuli juga ga mau kalah, dia pegang kepalaku, jambak pelan-pelan rambutku, terus menggerayangi pantatku. Tubuhku sih biasa ajah, kurus, tapi konti ku lumayan gedhe. Gerakan tangan dia makin liar, dia mulai melepas bajuku, terus melepas resleting celanaku sampai melorot dan meninggalkan celana dalam dengan konti yang tegang.
Aku langsung berreaksi, kulepas kancing baju dia satu persatu, dan kulepas bajunya, lalu kulepas rok jeansnya, dan tali ikatan branya, lalu kulepas pula celana dalamnya. Dia sudah telanjang bulat. Aku betul-betul takjub melihat bentuk tubuhnya, bokongnya montok banget membuat aku jadi gemes, toketnya gedhe 34b dan kenceng, pentilnya udah mengeras, dan bulu-bulu jembutnya tertata rapi. Dia melepas celana dalamku dan terkuaklah batang kemaluanku yang sudah ngaceng penuh. Kita masih tetap ciuman dengan lembut dan berirama. Hanya tangan kita yang semakin liar bergerilya. Dia pegang lembut kontiku, oughhhh enak banget. sedang tanganku menari di atas bongkahan pantat dan dua bukit kembarnya.
Setelah itu aku putar tubuh Yuli, posisinya sekarang dia membelakangiku, kuselipkan konti yang sudah tegang itu ke belahan pantatnya, bibirku menjelajahi inci demi inci belakang telinganya terus turun ke leher, dan tanganku memilin pentilnya. Yuli cuma bisa mendesah, dia berusaha menoleh ke aarahku, mau menciumku, tapi sengaja tak kuberikan. Dia cuma bisa mendesah keenakan, “oughhhhh shhhhhhhhhtt”
Bibirku terus menjelajah, sampai ke punggung, kucium dan jilat itu punggung. Tanganku yang satu meremas-remas toketnya, sedang yang satunya lagi berpindah ke selangkangannya. Jariku mengelus-elus lembut mekinya yang sudah mulai basah. Kugesek-gesek memeknya pelan-pelan, aku tidak ingin memasukkan jariku ke mekinya, karena biasanya perempuan ga suka jari tangan masuk ke mekinya. Terus aku mainin clitnya dengan jari-jariku.
Mendapat perlakuan seperti itu, Yuli cuma bisa mendesah dan menggerak-gerakkan pinggulnya, yang otomatis membuat konti anak kegesek-gesek bongkahan pantatnya yang sudah basah oleh keringat. Desahan Yuli semakin keras, “uuuuughhhhh sayyyyy terusiiiiiinnnnn shhhhhhhttttt.”
Dan gerakannya betul-betul erotis, seperti penari sedang menari di atas panggung. Dan aku ikutin gerakannya itu. Dan rupanya Yuli sadar kalau aku ingin dia menari telanjang sambil tubuh kita tetap menyatu rapat. Tubuhnya semakin ia rapatkan ke tubuhku, dan dia mulai melakukan gerakan tari, tarian erotis yang semakin mengundang birahi. Semakin cepat gerak tariannya, semakin cepat pula jari-jariku menggesek meki dan memijat-mijat clitnya. Yuli semakin liar menari, dan desahannya semakin sering terdengar, “ughhhhhsssshhhh, oughhhhhh puasin aku say…iyyyyaaaa terussssssshhhh” racaunya.
Sepuluh menit kita menari birahi, dan bibirku tetap menciumi punggung atau lehernya, kontiku merasakan nikmat berada di bongkahan pantatnya yang basah, tanganku yang satu berpindah-pindah dari satu toket ke toket yang lain, dan tangan yang satu membelai mekinya. Sedang tangan Yuli dilingkarkan ke belakang, di punggungku.
Gerakan Yuli tambah liar, sampai konti ane sering lepas dari bongkahan pantatnya. Dari mulutnya terus meracau dan mendesis… shhhhhhhhsss akhhhhhhhhh. Ouuuugggghhhhh…… yaaaaaaassssshhhhhh….. Dan tiba-tiba aja dia mengangkat pahanya tinggi-tinggi kakinya ditekuk dan telapak kakinya tepat di dengkulku. Tubuhnya condong ke depan, badannya mengejang….
“Sayyyyy aku ga tahaaaaannnn, aku moooooo keluarrrrrrrrrrr, akhhhhhssssshhhhhh terussssss” belum selesai dia bicara tubuhnya tiba-tiba mengejang, dan tanganku merasakan leleran cairan kenikmatan dari vaginanya…….. “ougggggghh Goddddd enakkkk bangetsssss” rupanya dia sudah 0 pertama.
Abis itu dia lemas, dengan tetap membelakangiku, kupeluk tubuhnya, kedua tanganku memegang toketnya. “Kamu pintar banget muasin perempuan sayang……” katanya. Setelah itu aku dudukkan dia di sofa kembali. Kepalanya disandarkan ke bahu ane. “Kamu hebat, aku nggak pernah merasakan bercinta dengan lembut dan berirama seperti ini,” pujinya.
Kami bicara-bicara sebentar, tanganku yang satu tetap memegang toketnya, sedang yang lain membelai pahanya yang putih mulus. Tangan Yuli membelai lembut kontiku…. “Kontol kamu gede banget sayang, memekku belom pernah dimasukin kontol segede punya mu…” katanya.
“Mau coba dimasukin?” tanyaku… Yuli ga menjawab, cuma kocokan tangannya di kontiku semakin cepat.
Terus dia bangun dan mendekatkan wajahnya ke wajahku, bibirnya mencium lembut bibirku, terus turun ke bawah, menjilati pentilku yang kecil. Mendapat serangan mendadak gitu aku cuma bisa merem-melek keenakan. Bibir Yuli terus menyusur ke bawah, ke perut, dan terus sampai ke konti. Dia ciumi lembut kontiku, ia jilat-jilat lobang konti, dan jilatannya turun ke batang, pelan dan lembut sekali. Ane dibuat kelenjotan. Kemudian mulutnya mainin buah pelerku dan tangannya mengocok lembut kontolku. Buah pelerku dimasukin ke mulut, disedot, dikeluarkan secara bergantian. Terus mulutnya naik ke atas, menjilat-jilat kepala konti, terus konti ku dimasukin ke mulutnya pelan-pelan… dan tangannya meremas-remas buah pelerku. Aku cuma bisa mendesis shhhhhh akhhhhhhhh.
Tanganku mulai lagi memainkan toketnya. Yuli semakin bernafsu kulum kontiku waktu teteknya aku pijat-pijat. Kontol ku seperti kena strum, tapi strum enakkkk. Karena sudah ga tahan, kubimbing dia untuk bangkit, terus aku dudukin di sofa. Pahanya aku buka lebar-lebar, dan tampaklah mekinya yang kemerahan dan basah. Aku jilati mekinya dari ujung bawah, terus naik sampai clitorisnya, aku isep-isep, Yuli cuma bisa mendesah dan menggelinjang. Mekinya makin basah, bercampur dengan air liurku…
“akhhhhsssshh sayyyyyanggggg aku ga kuattttt, masukin sayyyyaaaangggg, puasin akuuuuu” pintanya.
Aku sendiri udah ga nahan liat mekinya dan denger desahannya. Langsung aja aku berdiri dan arahkan kontolku ke mekinya. Aku gosok-gosokin kepala konti ke clitnya beberapa kali, terus baru aku masukin pelan-pelan…. gileee sempit banget meki dia.
“sayyyyyy kontol kamu gede bangetttt, pelan-pelan masukinnya sayyyang…..” katanya.
Aku masukin kontol aku pelan-pelan, kocok maju mundur, baru setengah kontiku yang masuk. Biar dia ga teriak kesakitan waktu kontiku masuk ke mekinya, aku sedot tuh putingnya yang merah kecoklatan. Sambil pinggulku maju mundur berusaha menerobos kontinya yang sempit.
“Akhhhhh ya terussss masukin pelan-pelan sayyyyanggg,” katanya dengan tatapan mata yang sayu. Tangannya memegang pantatku. Sedang toketnya masih kusedot-sedot. Gerakan pinggulku kubuat berirama, kadang cepat kadang lambat, sesekali maju mundur, sesekali berputar. Yuli sepertinya mampu mengimbangi permainanku. Dia goyangkan pinggulnya mengikuti irama sodokan kontolku di memeknya.
Setelah 10 menit kontolku menari dimemek Yuli, aku merasakan ada desakan lahar mani di kontolku. “Sayang, aku mau keluarrrrrr…”
“Sama sayyaaaanggg, aku juuuuuggga. Kita keluuuuuurarrrr bareng-barengg.”
Aku tekan kuat-kuat kontolku ke dalam memeknya, dan Yuli mengejangkan vaginanya hingga terasa kontolku diperas-peras. Tidak lama kemudian crot crot crot pejuhku membanjiri vagina Yuli. Dan bersamaan dengan itu, Yuli juga menegang pinggulnya terangkat ke atas, tangannya menekan pantatku kuat-kuat. Rupanya dia juga mengalami orgasme.
Kubiarkan kontolku tetap didalam memeknya beberapa waktu, sambil bibir kami saling berpagut.
“Terima kasih sayang, kamu sudah memuaskan aku. Aku belom pernah ngentot seenak ini,” katanya.
“Sayang kita baru sekarang ketemu, coba kalau beberapa tahun lalu, pasti aku mau menikah denganmu Yuli,” kataku. Kami berpelukan erat, saling merasakan detak jantung yang merasakan kedamaian dan keindahan. Setengah jam kami berpelukan di sofa, kemudian dia bangun dan menuju kamar mandi di ruang kerjaku, bersih-bersih. Setelah selesai dia berpamitan pulang, sebelum dia pulang kami sempat berciuman lagi.
Setelah hari itu, kami sering bertemu dan bercinta lagi di beberapa tempat.
Aku masukin kontol aku pelan-pelan, kocok maju mundur, baru setengah kontiku yang masuk. Biar dia ga teriak kesakitan waktu kontiku masuk ke mekinya, aku sedot tuh putingnya yang merah kecoklatan. Sambil pinggulku maju mundur berusaha menerobos kontinya yang sempit.
“Akhhhhh ya terussss masukin pelan-pelan sayyyyanggg,” katanya dengan tatapan mata yang sayu. Tangannya memegang pantatku. Sedang toketnya masih kusedot-sedot. Gerakan pinggulku kubuat berirama, kadang cepat kadang lambat, sesekali maju mundur, sesekali berputar. Yuli sepertinya mampu mengimbangi permainanku. Dia goyangkan pinggulnya mengikuti irama sodokan kontolku di memeknya.
Setelah 10 menit kontolku menari dimemek Yuli, aku merasakan ada desakan lahar mani di kontolku. “Sayang, aku mau keluarrrrrr…”
“Sama sayyaaaanggg, aku juuuuuggga. Kita keluuuuuurarrrr bareng-barengg.”
Aku tekan kuat-kuat kontolku ke dalam memeknya, dan Yuli mengejangkan vaginanya hingga terasa kontolku diperas-peras. Tidak lama kemudian crot crot crot pejuhku membanjiri vagina Yuli. Dan bersamaan dengan itu, Yuli juga menegang pinggulnya terangkat ke atas, tangannya menekan pantatku kuat-kuat. Rupanya dia juga mengalami orgasme.
Kubiarkan kontolku tetap didalam memeknya beberapa waktu, sambil bibir kami saling berpagut.
“Terima kasih sayang, kamu sudah memuaskan aku. Aku belom pernah ngentot seenak ini,” katanya.
“Sayang kita baru sekarang ketemu, coba kalau beberapa tahun lalu, pasti aku mau menikah denganmu Yuli,” kataku. Kami berpelukan erat, saling merasakan detak jantung yang merasakan kedamaian dan keindahan. Setengah jam kami berpelukan di sofa, kemudian dia bangun dan menuju kamar mandi di ruang kerjaku, bersih-bersih. Setelah selesai dia berpamitan pulang, sebelum dia pulang kami sempat berciuman lagi.
Setelah hari itu, kami sering bertemu dan bercinta lagi di beberapa tempat.